MATA INDONESIA, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) membekukan hampir 10 miliar USD aset milik Afghanistan yang disimpan di New York Federal Reserve Bank pada Agustus tahun lalu atau setelah kelompok Taliban kembali ke tampuk kekuasaan.
Pada waktu yang sama, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia juga melakukan hal serupa, menahan ratusan juga USD pembayaran bantuan rutin ke negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Selatan itu.
Senator AS, Bernie Sanders mendesak pemerintahan Presiden Joe Biden untuk segera mencairkan miliaran USD demi mencegah jutaan jiwa, khususnya anak-anak di Afghanistan meninggal dunia karena kelaparan dan kekurangan gizi.
Seruan dari senator Partai Demokrat itu datang hanya beberapa hari setelah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres meminta Washington dan Bank Dunia segera bekerja menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem keuangan Afghanistan.
Pada pekan lalu, Guterres memperingatkan Afghanistan berada di ambang kehancuran yang akan menyebabkan kemiskinan, kelaparan, dan kemelaratan bagi jutaan orang, melansir Sputnik News, Kamis, 20 Januari 2022.
Sementara pada Desember tahun lalu, 46 anggota DPR dari Partai Demokrat, yang dipimpin oleh Pramila Jayapal meminta pemerintahan Biden dalam sebuah surat untuk mengubah kebijakan AS tentang pembekuan aset Afghanistan.
“Kami khawatir, seperti yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bantuan bahwa mempertahankan kebijakan ini dapat menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil di tahun mendatang daripada yang hilang dalam 20 tahun perang,” demikian bunyi surat itu.
Badan-badan bantuan internasional utama, termasuk Program Pangan Dunia (WFP) yang didukung PBB, telah memperingatkan bahwa keputusan Washington untuk membekukan dana federal Afghanistan telah dimasukkan ke dalam krisis inflasi dan kekeringan, yang semuanya mengancam hampir 23 juta warga Afghanistan dengan kelaparan akut.
Lebih lanjut, WFP memperhitungkan bahwa hampir 3 juta anak di Afghanistan menderita kekurangan gizi. Bulan lalu, organisasi kemanusiaan terbesar di dunia itu mengklaim bahwa dibutuhkan 220 juta USD setiap bulan untuk mengirimkan bantuan makanan kepada warga Afghanistan yang berisiko kekurangan gizi dan kelaparan.