MATA INDONESIA, JAKARTA-Benda-benda purbakala peninggalan megalitik bermunculan di Danau Sentai, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Hal itu terjadi, karena kondisi danau yang mulai surut karena musim kemarau.
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan benda-benda megalitik ini sebelumnya sempat dikhawatirkan hilang atau tergeser posisinya akibat banjir bandang yang melanda Sentani pada Maret 2019.
Biasanya saat kondisi permukaan air Danau Sentani sedang pasang, tinggalan-tinggalan air ini hanya terlihat samar-samar berada dalam air.
Benda-benda pubakala itu terlihat di Pulau Asei, pulau kecil di tengah Danau Sentani bagian timur. Tinggalan menhir yang sebelumnya berada di dalam air, sekarang nampak terlihat jelas, bahkan ukirannya nampak terlihat jelas sekali.
Selain itu juga papan batu di Tanjung Warakho, Kampung Doyo lama, air danau surut, menjadikan papan batu ini tampak terlihat jelas di permukaan tanah tepi danau. Posisinya juga tepat berada di posisi semula, tidak bergeser.
“Sejumlah menhir juga terlihat jelas di perairan Pulau Mantai. Dua buah menhir berukuran besar yang dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat sebagai laki-laki dan perempuan dewasa,” katanya.
Tidak jauh disampingnya, kata dia terdapat 10 batu menhir berukuran lebih kecil yang dipercaya sebagai anak-anaknya. Menhir-menhir ini dikenal sebagai Ainining Duka atau batu beranak.
Menhir atau masyarakat Kwadeware menyebutnya batau rejeki atau batu marew juga nampak terlihat jelas di pinggir Pulau Mantai, berjarak sekitar 10 meter sebelah selatan batu beranak.
“Pada masa lalu tinggalan megalitik ini berkaitan dengan kepercayaan pada roh nenek moyang atau kekuatan supranatura,” katanya.
Nilai arkeiologi yang perlu diselamatkan
Yang mempunyai nilai peradaban di suatu daerah pada zamannya
Danau Sentani mempunyai kisah cerita leluhur Suku2 besar yang mendiami danau tsb,beberapa pulau2 kecil, Putali,Kensio,Ifale dan lainnya. Sejak dulu kala Danau sentani menjadi sumber kehidupan Masyarakat danau Sentani
Pembangunan sekitar Danau Sentani tidak memperhatikan Pembangunan berwawasan maka Danau sentani menjadi keruh dan kotor serta sampah2 ikut masuk dalam sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat danau tsb.
Sedimen2 lumpur akibat pembangunan,menebal dalam dasar sungai membuat volume air berkurang akibat sedimen meninggi maka pada musim panas air menguap akibat sungai surut.
Pemerintah harusnya memahami venomena alam
Maka dapat diatasi dengan penghijauan serta pembatasan pembangunan baik di lereng gunung Siklop dan sekitar danau.sentani.
Seharusnya danau itu dijaga dan dilindungi sebaik mungkin agar dapat di manfatkan dengan baik dulu orang tua atau mojang kita danau itu dong yaga baik2 anak sekarang kacau kamu kira danau itu tidak ada manusia kah itu ada mojang di dalam itu jangan sampai dia bergeser sentani lonsor itu jadi hati-hati.
jaga keindahan alam kita..apalagi papua yang di juluki…SURGA KECIL YANG JATUH KE BUMI.
salam satu nusantara..
Saya semenjak corona ini dan sekeluarga sampai harus diusir dirumah karena uang kami tidak cukup padahal sudah 3 tahun kami kontrak rumah, sekarang kami tidak punya tempat tinggal, sekolah saya pun hampir mangkir sudah 2 bulan tak belajar daring akibat keuangan, semoga aja virus ini verakhir ya
Orang asing asik mengeruk kekayaan papua….kita mlh ngurusin barang purba…kenapa sih…..
Alam yang indah tapi tersiksa Pemilik leluhurnya, itu west Papua!
Jaga dan lestarikan kekayaan alam