Cuaca Semakin Membuat Gerah, Ternyata Ini Penyebabnya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kamu merasa cuaca belakangan ini semakin membuat gerah? Ya, hampir semua orang merasakannya. Lalu apa sih sebabnya?

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ada teori untuk menjelaskan fenomena tersebut, yang sama-sama berlandaskan pola kemarau tahun 2020 ini.

Menurut Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Iklim BMKG Supari, teori pertama yakni kombinasi suhu dan kelembaban yang sama-sama tinggi.

Ia menyebut, kemarau tahun ini menyebabkan suhu permukaan rata-rata di seluruh Indonesia selama Agustus (24-27 derajat Celcius) lebih tinggi satu derajat dari pada suhu normal.

Sedangkan kelembabab udara sepanjang Agustus juga lebih dari biasanya, atau berkisar lima persen di atas kelembaban normal.

“Kondisi udara lembab dengan suhu tinggi menyebabkan udara terasa lebih gerah,” kata Supari, seperti dikutip dari Republika, Minggu 6 September 2020.

Kemudian, teori kedua karena adanya radiasi yang dilepaskan bumi, terperangkap oleh awan di atmosfer paling bawah.

Sebab, kemarau tahun ini di beberapa wilayah disertai dengan pertumbuhan awan yang relatif lebih banyak dibanding biasanya. Ditandai dengan kondisi hujan di atas normal di sejumlah tempat.

“Ada teori yang mengatakan bahwa ketika banyak terbentuk awan, maka radiasi yang dilepaskan bumi menjadi terperangkap di atmosfer bawah. Sehingga menambah rasa gerah,” ujarnya.

Namun, ia tak menyangkal kemungkinan bahwa gerahnya cuaca belakangan ini disebabkan gabungan dua teori itu.

“Perlu juga dipahami bahwa karena kompleksitas atmosfer, umumnya tidak ada kejadian yang disebabkan faktor tunggal,” kata Supari.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini