MATA INDONESIA, WASHINGTON – Pejabat Kesehatan Amerika Serikat (AS) tengah memantau 200 warganya yang tersebar di 27 negara bagian AS untuk kemungkinan terinfeksi cacar monyet atau monkeypox.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS khawatir penumpang yang berada di dalam dua penerbangan mungkin telah terpapar cacar monyet. Diketahui, pria tersebut terbang ke Atlanta, Georgia, dari Lagos, Nigeria pada 9 Juli. Sebelum terbang ke Dallas, ia sempat dirawat di rumah sakit.
Seorang juru bicara CDC mengatakan bahwa pihaknya bekerja dengan departemen kesehatan negara bagian dan lokal untuk menindaklanjuti individu yang mungkin telah tertular cacar monyet.
“Risiko terhadap masyarakat umum dianggap rendah,” kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa tidak satu pun dari 200 orang yang mereka pantau dianggap berisiko tinggi, melansir BBC.
Monkeypox adalah penyakit virus langka dari keluarga yang sama dengan cacar, tetapi jauh lebih ringan. Ini terjadi di sebagian besar negara-negara Afrika tengah dan barat, dekat hutan hujan tropis.
Gejala cacar monyet meliputi:
• Awalnya demam, sakit kepala, bengkak, nyeri punggung, nyeri otot dan kelesuan umum.
• Setelah demam hilang, muncul ruam, seringkali dimulai di area wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya, paling sering pada telapak tangan dan telapak kaki.
• Ruam, yang bisa sangat gatal, berubah dan melewati tahap yang berbeda sebelum akhirnya membentuk keropeng, yang kemudian rontok.
Sebagian besar kasus virus ringan, terkadang menyerupai cacar air, dan hilang dengan sendirinya dalam beberapa pekan. Namun, cacar air terkadang bisa lebih parah, dengan satu dari 100 kasus mematikan, menurut CDC.
Meskipun jarang, penyakit ini telah ditemukan di AS sebelumnya. Wabah yang terjadi tahun 2003 itu menyebabkan 47 kasus yang dikonfirmasi.
