MINEWS, BANGKOK – Presiden Joko Widodo bertemu dengan Penasehat Negara Republik Uni Myanmar Aung San Suu Kyi di pertemuan puncak ASEAN di Bangkok, Sabtu 22 Juni 2019. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas tiga hal penting, salah satunya situasi di Rakhine.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengungkapkan, Indonesia menekankan pentingnya situasi keamanan yang baik di Rakhine State. “Tujuannya agar repatriasi dapat terlaksana dengan sukarela, aman, dan bermartabat,” ujar Menteri Luar Negeri Retno LP dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu 23 Juni 2019.
Jika situasi keamanan tidak membaik, Presiden mengatakan, maka sulit repatriasi yang sukarela, aman dan bermartabat dapat dijalankan.Jokowi juga menekankan mengenai pentingnya segera ditindaklanjuti rekomendasi Laporan Penilaian Kebutuhan Awal atau PNA.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut, Indonesia siap untuk kembali berkontribusi dalam tindak lanjut rekomendasi Laporan PNA. Ia pun menegaskan komitmen Indonesia untuk terus berkontribusi dalam penyelesaian krisis Rohingya.
Sementara itu, para Menteri Luar Negeri ASEAN sepakat menindaklanjuti Laporan PNA.
Kedua, menurut Menlu, Indonesia siap membantu masalah diseminasi informasi. Informasi adalah masalah yang cukup penting bagi Myanmar, Bangladesh dan para pengungsi yang ada di Cox Bazar, ujar Menteri Retno.
Karena itu ASEAN telah sepakat untuk memberikan bantuan dalam konteks diseminasi informasi. Ketiga, Presiden Joko Widodo juga berbicara mengenai “kohesi kebutuhan dasar”
“Hal itu adalah pengadaan pelayanan dasar mengenai masalah pendidikan, kesehatan, air bersih dan sebagainya. Ketiga ini juga jangka panjang dan kemungkinan besar akan melibatkan kerja sama negara-negara di luar ASEAN,” ujar Menteri Retno.
Pertemuan kedua tokoh tersebut dilakukan di sela-sela pertemuan puncak ASEAN di Bangkok, Thailand.