Bersatu untuk menangkal ideologi ekstrem radikalisme merupakan hal yang sangat penting karena hal tersebut berpotensi untuk terus menggerus pondasi kemanusiaan jika seseorang sudah terlanjur terpapar.
Maka dari itu, jangan sampai ada seorang pun sampai terlanjur terpapar akan ideologi ekstrem radikalisme tersebut karena sekaligus pula nanti akan merusak seluruh sendi-sendi bangsa dan kesatuan serta persatuan di Indonesia akan turut tergerus.
Menangkal ideologi atau pemahaman yang sangat berbahaya tersebut merupakan kewajiban dan menjadi tanggung jawab bersama untuk menyelamatkan generasi muda penerus bangsa selanjutnya, sehingga tetap tertanam dalam benak mereka akan pondasi kemanusiaan yang kuat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Rycko Amelza Dahniel menyampaikan bahwa pemerintah terus memiliki komitmen yang sangat kuat dalam melakukan penguatan akan kerja sama global maupun dalam negeri dengan semangat berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Semangat kolaborasi tersebut harus terjadi, baik dari pihak pemerintah, masyarakat sipil, sektor privat, akademisi hingga media (pentahelix) dengan terus mengedepankan sisi kemanusiaan antar satu dengan yang lain.
Bagaimana kuatnya komitmen dari pemerintah tersebut, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak henti-hentinya terus melakukan perlawanan kepada terorisme dan radikalisme, yang mana tidak akan berjalan secara optimal jika tidak ada bantuan secara multi sektor.
Lebih lanjut, pihak BNPT sendiri dalam melaksanakan upaya deradikalisasi, yakni menggunakan pendekatan secara halus atau soft approach yang bertujuan untuk memutus akar ideologi radikalisme.
Mereka memberikan saran kepada para orang tua khususnya agar senantiasa mengarahkan anaknya untuk mendapatkan sekolah yang moderat, karena jika pendidikan secara moderat terjadi, maka akan terwujud kehidupan yang penuh kedamaian dan harmoni antar masyarakat terjadi.
Salah satu cara yang efektif serta mengakar untuk memutuskan akar penyebab dari maraknya ideologi terorisme dan radikalisme di Indonesia adalah dengan merangkul masyarakat dari lingkup paling kecil, yakni keluarga.
Bukan hanya itu, namun cara lain untuk memutus mata rantai penyebaran radikalisme tersebut bisa dengan efektif terjadi apabila anak-anak dari mantan pelaku teror mendapatkan perhatian yang baik.
Perlakuan tersebut kepada pihak keluarga mantan pelaku teror, menunjukkan bahwa pemerintah memang terus mengedepankan pendekatan secara humanis atau menjunjung tinggi asas kemanusiaan.
Dengan demikian, masyarakat secara luas juga mengalami perubahan pola pikir atau mindset kepada para mantan pelaku terur serta keluarga mereka, sehingga akan berdampak pada perubahan pandangan dan budaya kekerasan yang mungkin sempat mereka anut.
Beberapa langkah konkret dari upaya pendekatan secara humanis tersebut pemerintah lakukan dengan banyak program kewirausahaan untuk meningkatkan kesejahteraan setelah para mantan pelaku teror menyelesaikan masa hukuman mereka. Justru pada masa tersebut menjadi waktu yang sangat krusial untuk bisa melakukan pendekatan kepada mereka dan melangsungkan deradikalisasi atau upaya memutus mata rantai penyebaran paham radikalisme.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Ketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI), K.H. Marsudi Syuhud meminta kepada semua pihak untuk bisa saling dan terus menanamkan berbagai nilai kemanusiaan kepada para generasi muda penerus bangsa demi mencegah mereka semua dari paparan paham radikalisme.
Sangat penting untuk menanamkan kepada para anak muda akan bagaimana sifat-sifat kemanusiaan, karena dengan adanya rasa tersebut yang terpatri di dalam hati mereka, maka seseorang tidak akan mudah terpengaruh akan paham yang ekstrem.
Selain itu ketika masyarakat memahami nilai-nilai kemanusiaan, maka hal tersebut bisa dengan mudah turun kepada para generasi muda, yang menciptakan mereka mampu dengan mudah saling menghargai dan menghormati akan adanya perbedaan dalam kehidupan dalam lingkup berwarga negara.
Paham radikalisme sudah ibarat seperti benalu yang menempel pada tubuh bernama kemanusiaan, benalu tersebut terus berupaya untuk menggerogoti nilai-nilai luhur serta menyeret siapapun yang telah terpapat olehnya ke jurang kehancuran.
Keberadaan ideologi ekstrem itu dengan segala bentuknya, bukan hanya mampu mengancam individu manusia saja, melainkan juga sangat menggerogoti seluruh pondasi akan moral serta sosial di tengah masyarakat.
Apabila melihat bagaimana dari perspektif individu, adanya paham radikalisme bagaikan sebuah racun yang mampu merenggut moralitas dan masa depan seseorang untuk menjadi semakin suram.
Apabila seseorang sudah terpapar oleh radikalisme, maka bukan tidak mungkin dirinya akan mengalami hilang akal sehat dan objektivitasnya, orang tersebut akan semakin terjerumus dalam sebuah propaganda serta upaya manipulasi.
Orang yang telah terpapar akan paham ekstrem tersebut akan dengan sangat mudah termakan oleh kebencian dan juga prasangka, sehingga dirinya mudah melakukan berbagai macam tndakan berbahaya bahkan tanpa adanya pertimbangan yang matang.Oleh karena itu, hanya dengan bersatu secara bersama-sama dari lintas elemen dan sektor dalam upaya untuk menangkal ideologi ekstrem bernama radikalisme tersebut akan mampu menyelamatkan sisi kemanusiaan, karena keberadaannya terus menggerogoti nilai luhur dari diri manusia.