MATA INDONESIA, JAKARTA-Bendungan Bulango Ulu di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, diharapkan dapat memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Hal itu dikatakan Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel.
“Bendungan ini merupakan proyek strategis nasional yang akan memiliki dampak besar bagi masyarakat Gorontalo, bahkan akan memberikan kontribusi bagi ekonomi nasional, khususnya dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional,” katanya.
Bendungan Bulango Ulu mulai dibangun pada 2021 dan ditargetkan selesai pada 2024.
Bendungan yang membendung Sungai Mongiilo dengan luas genangan 614,72 hektare itu akan memberikan manfaat irigasi bagi 4.193 hektare sawah, 4,96 MW PLTA, memasok air bersih 2,2 meter kubik per detik, dan bisa mereduksi banjir hingga 84,62 persen. Ada pun panjang bendungan mencapai 358,75 meter.
“Bendungan ini akan menjadi bagian dari masa depan Gorontalo. Kita ingin membangun peradaban baru Gorontalo yang maju dan makmur melalui pendekatan budaya dan teknologi yang berakar pada adat-istiadat warisan leluhur,” katanya.
Untuk memperkuat ekonomi rakyat, Rachmat Gobel berpesan harus ada pembangunan pertanian, UMKM, ekonomi berbasis budaya, dan kelautan serta perikanan.
“Ekonomi pangan dan ekonomi kreatif akan menyerap tenaga kerja yang besar dan akan menciptakan pemerataan ekonomi. Karena itu pembangunan bendungan ini sangat strategis bagi kemajuan Gorontalo ke depan,” katanya.
Dalam peninjauannya, Rachmat Gobel juga mendapatkan laporan tentang kendala pembebasan lahan yang masih terhambat. Pembebasan lahan sendiri baru mencapai 20 persen, di mana sebagian besar yang belum dibebaskan justru ada di areal genangan.
“Masalahnya bukan pada harga, tapi pada sengketa kepemilikan lahan. Ini harus segera ada solusi. Jangan sampai menghambat progres pembangunan bendungan ini,” katanya.
Namun demikian berdasarkan laporan pihak terkait, di lahan yang akan menjadi areal genangan sudah tak lagi ada penduduk.
Proyek pembangunan Bendungan Bulango Ulu menyerap anggaran sekitar Rp2,3 triliun. Pembangunan bendungan tersebut akan melibatkan sejumlah BUMN seperti Hutama Karya, Istaka Karya, Brantas Abipraya, Yodya Karya, Indra Karya, serta anak perusahaan Kalla Group, Bumi Karsa.