MINEWS, JAKARTA-Warga Bedahan, Sawangan, Depok digegerkan oleh pengakuan dari seseorang bernama Winardi yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Tidak hanya pengakuannya sebagai Imam Mahdi, adanya musala di rumahnya yang menyerupai Kakbah pun menjadi masalah.
Winardi tinggal di Jl H Sulaiman RT 02/05 No 123 Kampung Perigi, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok. Di depan rumahnya terdapat sebuah musala. Bangunan musala itu berbentuk kotak dengan ukuran sekitar 4×4 meter dan diberi ornamen warna kuning pada bagian atasnya.
Musala itu terletak sekitar 5 meter dari depan rumah Winardi. Sedangkan di rumah Winardi terdapat semacam peraturan ‘Ukhuwah Trisula Weda’. Ada enam butir aturan dalam Ukhuwah Trisula Weda itu.
“Mohon maaf bapak ini ‘kan indigo, ketitipan gitu. Cuma ya mohon maaf namanya orang ada yang paham ada yang nggak,” kata istri Winardi, Tiani, Kamis 20 Mei 2019.
Triani mengatakan, suaminya tidak pernah mengklaim sebagai Imam Mahdi. Pengakuan Winardi sebagai Imam Mahdi, kata Triani, muncul dari pengakuan para pasiennya.
“Kalau bapak kan ngajarin bisa jalanin juga Insya Allah sopan santunnya ada lahir batin. Mereka itu memahami–bahasanya bapak itu–Imam Mahdi terserah bapak mau bilang apa,” katanya.
Triani mengatakan, suaminya itu memiliki ‘kelebihan’. Triani juga menyebut sang suami menerma wahyu yang kemudian disalurkan dalam ilmu pengobatan. “Jadi yang ngajar juga gak buka kitab, thpi kan dia tetep pedomannya Alquran dan Hadist,†katanya.
Triani mengaku pegngobatan itu dia berikan secara cuma-cuma, tanpa dipungut bayaran. “Disini untungnya yakin gitu. Kalau yakin mah sembuh Insya Allah, ikhlas, gratis, namanya orang sakit daripada ke dokter mahal,” ujarnya.
Sementara Triani menjelaskan mengenai bangunan yang menyerupai bentuk kakbah. Menurut Triani bangunan itu adalah musholah.
Ketua MUI Depok KH Dimyati Badruzzaman pun turun tangan dan memperingatkan Winardi. “Kemudian kita tanya-tanya kenapa mengaku Imam Mahdi, siapa yang beri gelar Imam Mahdi, padahal nggak sesuai ciri-cirinya dengan yang ada di hadis,†katanya.
Winardi pun diimbau bertobat. Dia kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Karena dikhawatirkan menimbulkan keresahan, akhirnya Winardi dibawa ke Kecamatan Sawangan dan dilakukan pertemuan dengan pemerintah setempat dan Ketua MUI.