MATA INDONESIA,LONDON – Kisah cinta Philip dan Elizabeth adalah salah satu cerita yang menarik untuk diikuti.
Awalnya paman Pangeran Philip,Lord Louis yang mengatur strategi agar Philip dan Elizabeth dapat sering bertemu. Elizabeth dan adik perempuannya,Margaret dikirim ke rumah seorang kapten untuk melindungi mereka dari wabah gondok dan cacar air yang sedang menyerang sekolah mereka.
Lord Louis mengatur agar Philip pergi kesana dan menghibur mereka. Pengasuh Elizabeth dan Margareth kemudian mencatat bahwa Elizebet yang saat itu berusia 13 tahun tidak pernah mengalihkan pandangan dari Philip sepanjang waktu.
Hanya Satu-satunya
Pada tahun 1943 Philip yang berusia 22 tahun pergi untuk tinggal di kastil Windsor untuk natal. Pada saat itu Elizabeth sudah berusia 17 tahun dan memberitahu pengasuhnya bahwa Philip merupakan satu-satunya baginya. Saat itu Elizabeth mulai menunjukkan minat yang lebih pada Pangeran Philip.
Setelah kunjungan berikutnya ke Windsor, Philip menulis surat kepada Ratu Elizabeth untuk mengatakan bahwa ia sangat senang berada bersama keluarga kerajaan.
Ia juga mengatakan “kenikmatan sederhana dari kesenangan dan hiburan keluarga dan perasaan bahwa saya dipersilahkan untuk berbagi bersama mereka,” dilansir dari The Telegraph.
Hal itu kemungkinan merupakan suatu petunjuk bahwa dia sekarang telah mendambakan untuk memulai sebuah keluarga sendiri.
Philip Bukanlah Pilihan
Tak lama setelah Natal Windsor,Pangeran Philip mengambil langkah berani dengan meminta sepupunya,Raja George II dari Yunani untuk bertanya kepada George VI dan Elizabeth apakah mereka dapat mempertimbangkannya sebagai pelamar putri mereka.
Raja dan ratu sama memiliki keraguan tentang gagasan itu sejak awal. Meskipun Raja mulai menerima humor Philip yang terus terang dan ceria,ia sulit untuk percaya jika putinya telah jatuh cinta pada pria pertama yang ia temui.
Layaknya seorang ayah pada umumnya,ia tidak menyangka bahwa putri kecilnya akan memiliki orang lain dalam hidupnya. Ia hampir tidak bisa menikmati keeratan keluarganya.
Philip hampir tidak bisa mengambil hati keluarga Elizabeth. Namun dengan masa kecilnya yang penuh dengan masalah ia berhasil menganggap ini menjadi sebuah tantangan baginya.
Keengganannya untuk bersujud adalah bagian besar mengapa Elizabeth muda jatuh cinta padanya. Sepanjang hidupnya ia terbiasa dnegan rasa hormat yang menjilat dari para pelayan istana.