Australia Resah Tingkat Pengangguran Mencapai 10 Persen

Baca Juga

MATA INDONESIA, SYDNEY – Tingkat pengangguran di Australia akan mencapai puncaknya sekitar 10 persen sebagai akibat dari aturan pembatasan yang dirancang untuk memperlambat penyebaran virus corona baru. Keresahan ini diungkap Perdana Menteri Scott Morrison, Kamis 6 Agustus 2020.

Mengutip ABC, tahun ini Australia mengalami tingkat pengangguran hingga mencapai 9,25 persen tahun ini setelah Victoria, negara bagian terpadat kedua di negara itu memerintahkan penutupan perbatasan selama enam minggu di sekitar Melbourne.

Angka tersebut akan meningkat jika jumlah penerima skema subsidi gaji dari pemerintah dihitung. Tingkat pengangguran efektif diperkirakan naik menjadi lebih dari 13 persen setelah sebelumnya diperkirakan hanya mencapai setinggi sekitar 11 persen. ”Itu sangat meresahkan tetapi itu tidak terduga,” kata Morrison.

Menurut Morrison, langkah-langkah pembatasan ini akan menimbulkan dampak biaya yang sangat signifikan, dan akan berdampak pada upaya pemulihan ekonomi

Sejak dilanda pandemi covid-19, Biro Statistik Australia melaporkan dari April 2020 terdapat 594.300 warga yang kehilangan pekerjaan. Itu merupakan rekor tertinggi hilangnya pekerjaan yang pernah dicatat Negeri Kanguru dalam sebulan karena tindakan lockdown.

Tingkat pengangguran melonjak hingga 6,2 persen dibandingkan pada Maret lalu yang tercatat sebanyak 5,2 persen. Lonjakan itu merupakan yang tertinggi sejak September 2015.

Menurut Biro Statistik Australia jika orang-orang tersebut turut dimasukkan, tingkat pengangguran akan melonjak menjadi 9,6 persen. Itu merupakan yang tertinggi sejak 1997.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) telah menyebut pandemi Covid-19 dapat menyebabkan 25 juta orang kehilangan pekerjaan. Sebab, wabah bisa memicu kejatuhan ekonomi. ”Ini bukan lagi hanya krisis kesehatan global, ini juga merupakan pasar tenaga kerja utama dan krisis ekonomi yang berdampak besar pada manusia,” kata Direktur Jenderal ILO Guy Ryder pada 18 Maret 2020 lalu.

Berdasarkan skenario berbeda untuk dampak Covid-19 pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global, ILO mengatakan perkiraannya mengindikasikan kenaikan pengangguran global antara 5,3 juta (skenario “rendah”) dan 24,7 juta (skenario “tinggi”). Sebagai perbandingan, krisis keuangan global 2008-2009 meningkatkan pengangguran global sebesar 22 juta.

ILO memperingatkan bahwa wirausaha di negara-negara berkembang, yang sering berfungsi untuk meredam dampak perubahan, mungkin tidak akan membantu kali ini. Hal itu karena adanya kebijakan pembatasan pergerakan orang dan barang.

Kendati demikian, ILO menilai dampak terhadap pengangguran global bisa jauh lebih rendah jika ada respons kebijakan yang terkoordinasi secara internasional, seperti saat krisis keuangan global 2008-2009.

ILO merekomendasikan langkah-langkah mendesak, berskala besar, dan terkoordinasi guna melindungi pekerja serta merangsang ekonomi dan pekerjaan. Ia pun mengusulkan upaya lain seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta pinjaman atau dukungan keuangan untuk sektor ekonomi tertentu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok Energi dan BBM Aman Selama Libur Tahun Baru 2025

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan distribusi energi tetap terjaga selama perayaan Natal...
- Advertisement -

Baca berita yang ini