AS-Cina Berkonfrontasi, Bagaimana Nasib Asia Tenggara?

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen mengatakan, persaingan strategis antara Amerika Serikat (AS) dan Cina kian meruncing. Ia khawatir konflik yang terjadi saat ini akan berubah menjadi konfrontasi fisik.

“Kekhawatiran dengan Cina berada pada tingkat yang tinggi. Saya belum pernah melihat hal semacam itu dalam dekade terakhir saya,” kata Dr Ng di Forum Keamanan Aspen di Washington, Amerika Serikat (AS), melansir The Straits Times, Kamis, 4 November 2021.

AS sangat menyadari tantangannya dan mengakui bahwa untuk menanggapi Cina, Paman Sam perlu menyegarkan diri secara ekonomi dan menawarkan kepemimpinan ekonomi di kawasan itu, kata Dr Ng, yang bertemu dengan beberapa pejabat pertahanan selama kunjungannya ke Washington.

Adapun pakta keamanan Aukus antara Australia, Inggris dan AS, yang telah membuat marah Cina, Dr Ng mengatakan bahwa Singapura berharap itu akan menjadi kekuatan penstabil di kawasan.

“Apakah Aukus adalah kekuatan penstabil tergantung pada apa yang dilakukan Aukus. Dan kami mendapat jaminan dari Australia, dari Amerika, bahwa itu dimaksudkan untuk menjadi kekuatan penstabil. Jadi kami tentu berharap begitu,” sambungnya.

Bagi pemerintah Cina, kata Dr Ng, masalah kedaulatan Taiwan adalah masalah mendasar yang berada di jantung legitimasi politik mereka. Ia menyebutnya sebagai masalah garis merah.

“Salah perkiraan saja bisa terjadi. Saya tidak bisa memikirkan skenario di mana ada pemenang, jika ada konfrontasi fisik yang sebenarnya atas Taiwan. Jadi saya akan menyarankan kita untuk menjauh dari hal itu,” ucapnya.e

Menhan Ng menambahkan bahwa semua pihak akan mengalami kekalahan bila konfrontasi fisik atas Taiwan benar-benar terjadi.

“Tidak hanya AS dan China. Asia Tenggara akan bergejolak, saya pikir seluruh dunia juga,” katanya.

Sebagaimana diketahui, hingga saat ini Beijing mengklaim bahwa Taiwain merupakan bagian dari kedaulatannya dan bertekad untuk menundukkan negara tersebut. Bahkan, Cina pernah berujar akan menggunakan kekerasan militer jika memang hal itu diperlukan.

Pada Oktober, Menteri Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa ketegangan militer dengan Cina berada pada kondisi terburuk dalam 40 tahun terakhir dan menambahkan bahwa Negeri Tirai Bambu berpotensi melakukan invasi skala penuh pada 2025.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini