MATA INDONESIA, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut ada tujuh negara yang tertarik berinvestasi di industri baterai kendaraan listrik nasional.
”Terdapat enam hingga tujuh negara yang berminat untuk bermain di industri baterai kendaraan listrik RI. Beberapa diantaranya seperti Eropa, Tiongkok, dan Asia Tenggara,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat 17 September 2021.
Hingga saat ini baru Tiongkok yang sudah merealisasikan minat tersebut, yakni melalui Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL). Namun Bahlil menyebutkan bahwa dalam waktu dekat ini pemerintah akan mengumumkan calon investor baru asal Eropa.
Bahlil tak mau membeberkan lebih jauh sebelum perusahaan calon investor asal Eropa itu benar-benar menekan perjanjian kerja sama dengan Indonesia. Selain dari Eropa, satu investor yang berasal dari Asia Tenggara juga akan meneken kontrak kerja sama investasi pada Oktober tahun ini.”Kami di Kementerian Investasi mempunyai protap (prosedur tetap) sudah teken baru bisa resmi atau minimal sudah yakin benar masuk baru kita umumkan, kalau setengah setengah kita gak mau membukanya,” ujarnya.
Dengan masuknya investasi ketujuh negara tersebut, Bahlil berambisi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pusat produsen mobil listrik. Apalagi Indonesia memiliki cadangan nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai mobil listrik yang cukup besar. “Harusnya kita bermimpi besar, gak benar kalau cuma Korea saja,” katanya.
Pemerintah baru saja meresmikan groundbreaking pabrik baterai listrik PT HKML Battery Indonesia di Karawang, Bekasi, Jawa Barat. Presiden Joko Widodo mengatakan pabrik baterai itu menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
Adapun, nilai investasi pabrik tersebut mencapai US$ 1,1 miliar atau Rp 15,68 triliun (kurs Rp 14.257/US$). Presiden mengatakan, pembangunan pabrik baterai ini merupakan wujud keseriusan pemerintah untuk hilirisasi industri.
Proyek pabrik baterai kendaraan listrik yang berada di Karawang, Jawa Barat ini merupakan kerja sama antara LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC).
Saat ini produksi baterai kendaraan listrik, khususnya yang berjenis lithium-ion, secara global masih terkonsentrasi di empat negara, yakni Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Korea Selatan, dan Polandia.
Tiongkok merupakan produsen terbesar baterai lithium ion dunia. Dengan kapasitas 16,4 Gigawatt hour (GWh) pada 2016, dan akan meningkat menjadi 107,5 GWh pada 2020. Tumbuh hampir enam kali lipat.
Korea Selatan berada di posisi kedua pada 2016 dengan kapasitas produksi baterai lithium-ion 10,5 GWh. Pada 2020, total kapasitas produksi baterai tersebut akan mencapai 23 GWh atau dua kali lipat dari 2016.