3 Pekan Invasi Rusia, Lebih dari 700 Warga Sipil Ukraina Meninggal Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – Kepala Urusan Politik PBB, Rosemary DiCarlo mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa lebih dari 700 warga sipil, termasuk 52 anak-anak, menjadi korban invasi Rusia terhadap Ukraina.

Namun, DiCarlo meyakini bahwa jumlah korban tewas sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan. Mayoritas korban, katanya, tewas akibat senjata peledak.

“Sebagian besar korban ini disebabkan oleh penggunaan senjata peledak di daerah berpenduduk dengan daerah dampak luas. Ratusan bangunan tempat tinggal telah rusak atau hancur, seperti juga rumah sakit dan sekolah,” kata DiCarlo.

Dia mengatakan kepada 15 anggota Dewan Keamanan bahwa badan hak asasi manusia PBB telah mencatat 726 kematian, termasuk di antaranya 52 anak-anak. Sementara 1.174 orang lainnya terluka, termasuk 63 anak-anak, antara 24 Februari dan 15 Maret.

“Besarnya korban sipil dan penghancuran infrastruktur sipil di Ukraina tidak dapat disangkal. Ini menuntut penyelidikan dan pertanggungjawaban yang menyeluruh,” sambungnya, melansir Straits Times, Jumat, 18 Maret 2022.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memverifikasi sebanyak 43 serangan menyasar layanan kesehatan di Ukraina. Serangan itu menewaskan 12 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk petugas kesehatan, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada Dewan Keamanan.

“Dalam konflik apa pun, serangan terhadap layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” ucap Dr Tedros kepada dewan, tanpa merinci siapa yang harus disalahkan.

Ukraina dan sekutu Baratnya menuduh Moskow menyerang warga sipil. Rusia menyebut tindakan militernya di Ukraina sebagai operasi khusus dan membantah menyerang warga sipil, dengan mengatakan pihaknya menargetkan infrastruktur militer Ukraina.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Respon Cepat Pemerintah Kunci Keberhasilan Hadapi Karhutla

Oleh: Ricky Rinaldi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana ekologis yang kerapmenjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim kemarau tiba. Namun, tahun 2025 ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengendalikan karhutla berkat respon cepatdari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Keberhasilan ini bukan hanya hasil kebetulan, melainkan buah dari sinergi lintas sektor, kesiapsiagaan, serta kerja kolaboratif antara berbagaielemen seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Manggala Agni, damkar, dan masyarakat. Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyampaikan bahwa langkah cepat dan sigapmenjadi kunci utama dalam mengendalikan karhutla sebelum api meluas dan sulit dikendalikan. Ia menekankan pentingnya pemadaman sejak api masih kecil agar tidak berkembang menjadikebakaran besar. Ia juga mengingatkan semua pihak agar tetap waspada menghadapi musimkemarau dan tidak lengah dalam menjaga kesiapsiagaan. Sikap proaktif ini terbukti efektif, seperti yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Karhutla yang melanda kawasan perbukitan Harau berhasil dikendalikan meskipunmenghadapi medan geografis yang sulit, yakni bukit terjal berbatu. Hanya sekitar dua hektarelahan yang terbakar berkat kerja cepat tim gabungan. Hal serupa terjadi di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, di mana karhutla seluas 10 hektare berhasil ditangani tanpa meluas lebih jauh. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah dan tim tanggap darurat di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini