MATA INDONESIA, BERLIN – Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) melaporkan bahwa sedikitnya 136 warga sipil meninggal dunia, termasuk di antaranya 13 anak-anak, dan sebanyak 400 lainnya terluka sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2).
Juru bicara OHCHR Liz Throssell mengatakan 253 korban berada di wilayah Donetsk dan Lugansk di Ukraina timur. Jumlah korban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, kata Liz.
Sementara itu, sebanyak 70 tentara Ukraina tewas setelah artileri Rusia menghantam pangkalan militer di Okhtyrka, sebuah kota antara Kharkiv dan Kiev, tulis kepala wilayah itu di Telegram, melansir The Guardian, Rabu, 2 Februari 2022.
“Pasukan Rusia telah meluncurkan serangan roket yang menewaskan puluhan warga sipil di kota kedua Ukraina, Kharkiv, dan memulai serangan baru di ibukota Kiev. Sedikitnya sembilan orang tewas, termasuk tiga anak-anak, dan 37 lainnya luka-luka dalam satu hari setelah penembakan di kota itu,” tutur sang walikota.
Kota Kherson di selatan Ukraina juga dikepung oleh tentara Rusia, menurut laporan wartawan Ukraina, Alyona Panina.
Dalam invasi terhadap Ukraina, Rusia diketahui menggunakan bom vakum, demikian laporan Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat (AS), Oksana Markarova.
“Mereka menggunakan bom vakum hari ini. Kehancuran yang coba ditimbulkan oleh Rusia di Ukraina sangat besar,” kata Oksana Markarova, melansir abc.net.au.
Sebuah bom vakum menggunakan oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi, menghasilkan gelombang kejut yang mematikan, dan menyedot oksigen dari paru-paru siapa pun yang berada di sekitarnya.
Bom yang juga dikenal sebagai hulu ledak termobarik biasanya menghasilkan gelombang ledakan dengan durasi yang jauh lebih lama daripada bahan peledak konvensional dan mampu menguapkan tubuh manusia.