MATA INDONESIA, JENEWA – Krisis pangan di dunia semakin parah.
Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) mengungkapkan angka kelaparan di dunia terus meningkat. Dengan bertambah hingga 46 juta orang sejak 2020. Atau melonjak 150 juta orang sejak 2019 karena kenaikan harga pangan.
“Kenaikan harga pangan memengaruhi kita semua. Ttapi dampaknya paling dirasakan oleh mereka yang rentan dan oleh negara-negara yang sudah mengalami krisis pangan,” kata Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal, Jumat, 14 Oktober 2022.
Berdasarkan data FAO, saat ini 3,1 miliar orang di seluruh dunia masih tidak mampu membeli makanan yang sehat. Kelaparan terus meningkat dan berdampak pada 828 juta orang pada 2021. Hanya dalam dua tahun, jumlah orang yang rawan pangan telah meningkat dari 135 juta (2019) menjadi 193 juta (2021). Prediksi akan lebih buruk pada 2022.
FAO menyebut sekitar 970 ribu orang akan hidup dalam kondisi kelaparan di lima negara yaitu
- Afghanistan
- Ethiopia
- Somalia
- Sudan Selatan
- dan Yaman.
Jumlah ini sepuluh kali lebih banyak dari enam tahun lalu ketika hanya dua negara yang masyarakatnya menghadapi kondisi serupa.
Hal itu karena dunia menghadapi tantangan ketahanan pangan yang besar akibat dari konflik, krisis ekonomi, darurat iklim, degradasi lingkungan, dan dampak lanjutan dari covid-19.
Beberapa hal yang menyebabkan kerawanan pangan karena harga pangan telah melonjak ke rekor tertinggi, pupuk menjadi terlalu mahal bagi banyak petani, dan jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan terus meningkat.
Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober, FAO menyerukan pada semua orang mengambil tindakan dan menumbuhkan solidaritas global. Ini untuk melakukan transformasi pada sistem pertanian-pangan, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Selain itu mengatasi ketidaksetaraan, meningkatkan ketangguhan dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tema Hari Pangan Sedunia tahun ini yaitu “Jangan tinggalkan satu orang pun: Produksi yang Lebih Baik, Nutrisi yang Lebih Baik. Lingkungan yang Lebih Baik, dan Kehidupan yang Lebih Baik”.
Aryal menekankan pentingnya petani kecil dan nelayan untuk transformasi sistem pertanian pangan global.
“Petani kecil dan nelayan harus menjadi pusat transformasi sistem pertanian pangan global. Kita membutuhkan pekerjaan dan layanan pedesaan yang layak, serta mengakhiri pekerja anak dan mendorong kesetaraan gender untuk mendukung masyarakat pedesaan, yang merupakan penjaga sebagian besar keanekaragaman hayati bumi,” kata Aryal.
Dia mendorong untuk mengubah sistem pertanian-pangan menjadi lebih efisien, lebih inklusif, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan untuk produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik untuk semua.
“Pertanian adalah salah satu intervensi kemanusiaan yang paling hemat biaya,” kata Aryal.