Tambang Emas di Kongo Runtuh, 50 Orang Meninggal Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-50 orang diperkirakan meninggal dunia setelah sebuah tambang emas yang dieskploitasi secara tradisional runtuh dekat Kamituga, di wilayah timur Republik Demokratik Kongo pada Jumat 11 September 2020 sore.

Runtuhnya tambang tersebut disebabkan hujan lebat yang melanda daerah tersebut. Dan membuat sungai dekat tambang banjir dan masuk ke tiga terowongan tambang.

Seorang warga setempat yang berada di tempat kejadian, Jean Nondo, mengatakan bahwa menurut saksi, ada lebih dari 50 orang tewas. Hanya ada satu yang selamat.

“Beberapa penambang berada di lubang yang tertutup runtuhan dan tidak seorang pun dapat keluar, kami berbicara tentang 50 anak muda,” ujar presiden Prakarsa Dukungan dan Supervisi Sosial atas Perempuan, Emiliane Itongwa dilansir dari Press TV, Sabtu 12 September 2020.

Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan ratusan orang berkumpul di lereng bukit sekitar pintu masuk lubang tambang.

Tambang itu tidak berlokasi di konsesi emas Kamituga yang dimiliki oleh penambang Kanada Banro Corporation, kata kepala eksekutif perusahaan.

Kecelakaan pertambangan biasa terjadi di tambang tradisional di Kongo, dengan puluhan kematian setiap tahun di tambang-tambang dimana para penggali dengan peralatan seadanya mengeruk tanah yang dalam untuk mencari bijih emas.

Peristiwa longsor di bekas tambang emas menewaskan 16 orang pada Oktober lalu, sementara 43 penambang liar tewas pada longsor lain di sebuah penambangan tembaga dan kobalt pada Juni 2019.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini