Mata Indonesia, Yogyakarta – Penyelenggaraan Pilkada di DIY masih berjalan cukup lancar. Kendati begitu masih saja menyisakan sejumlah persoalan. Salah satu temuan mencolok adalah kasus politik uang yang dilaporkan terjadi di Pilkada Sleman pada hari pencoblosan, Rabu 27 November 2024 kemarin.
“Pada hari H pemungutan suara, kami menerima empat laporan terkait pembagian uang di Sleman,” ungkap Kordiv Penanganan Pelanggaran Data dan Informasi Bawaslu DIY, Bayu Mardinta Kurniawan, Minggu, 1 Desember 2024.
Selain laporan pada hari pencoblosan, Bayu mengungkapkan bahwa Bawaslu juga menemukan dua laporan dan satu kasus politik uang saat masa tenang. Secara total, Bawaslu mencatat tujuh dugaan kasus politik uang di Pilkada Sleman dari hingga pemungutas suara berlangsung.
Berbeda dengan Sleman, di wilayah lain seperti Kota Jogja, Kabupaten Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo, belum ada laporan terkait politik uang yang diterima.
Proses Kajian Masih Berjalan
Bawaslu DIY memastikan akan mendalami setiap laporan yang diterima. Hal itu menyusul pihaknya juga masih mengawasi penghitungan suara yang sedang dilakukan di masing-masing kabupaten/kota.
“Kami akan melakukan kajian terlebih dahulu. Jika bukti mencukupi, kasus ini akan dilanjutkan ke tahap penanganan di Sentra Gakkumdu,” jelas Bayu.
Sementara itu, Kordiv Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Humas Bawaslu DIY, Umi Illiyani, menjelaskan bahwa empat laporan politik uang tersebut terjadi pada Selasa malam, tepatnya antara pukul 18.00-23.00 WIB.
“Laporan diterima pagi hari di hari H, tetapi kejadiannya berlangsung pada malam sebelumnya, saat proses pendirian TPS,” terang Umi.
Umi juga menambahkan bahwa pihak Bawaslu belum menyebutkan pasangan calon yang terlibat dalam kasus politik uang ini. Kajian mendalam masih diperlukan sebelum informasi tersebut dapat dipublikasikan.
Namun, ia mengakui bahwa dinamika politik di Pilkada Sleman lebih kompleks dibandingkan daerah lain di DIY.
“Jika dibandingkan dengan daerah lain, masalah di Pilkada Sleman memang lebih dinamis,” imbuhnya.
Cawalkot Jogja, Heroe Poerwadi Kalah di Kandang Sendiri
Meski Kota Jogja belum ditemukan dugaan politik uang sejauh gelaran pilkada berjalan, ada salah satu lokasi TPS yang notabene kandang Cawalkot, Heroe Poerwadi justru kalah.
Tepatnya TPS 01, Museum Sandi Kotabaru yang merupakan basis pendukung Heroe-Pena hanya meraih 59 suara.
Sementara paslon Hasto Wardoyo-Wawan Harmawan unggul dengan 82 suara. Sementara paslon Afnan Hadikusumo-Singgih Raharjo meraih suara paling sedikit yakni 32 suara.
Untuk diketahui, di TPS 01 terdapat 359 DPT. Tetapi hanya 182 orang yang memilih. Tingkat partisipasi pemilih memang sudah lebih dari 50 persen.
Dari jumlah tersebut sebanyak 173 suara dinyatakan sah, sementara 9 suara dianggap tidak sah.