MATA INDONESIA, JAKARTA-Tepat hari ini, Senin 12 Agustus 2020, merupakan sejarah berdirinya Wanita TNI Angkatan Udara atau Wara. Dalam pembentukannya Wara merupakan realisasi emansipasi wanita. Mereka ingin sama seperti pria, termasuk menjadi anggota militer Angkatan Udara.
Mungkin pembentukan Wara merupakan wujud atau buah manis dari perjuangan seorang kartini yang ingin wanita disejajarkan dengan seorang pria dalam hal pekerjaan.
Dulu saaat era perjuangan banyak dari mereka ikut andil dalam perang kemerdekaan dalam mengusir penjajah di Indonesia. Nah, awalnya para wanita ini ikut berjuang di beberapa pangkalan AURI, antara lain di yogyakarta dan Bukittinggi.
Mereka bertugas di bidang kesehatan, administrasi, penerangan, pelipat payung, PLLU, PHB dan dapur umum. Para pejuang wanita inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Wanita Angkatan Udara.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut dan untuk mewadahi peran serta kaum wanita dalam perjuangan AURI, maka pada tahun 1962, Deputy Menteri/Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani mendapat tugas dan wewenang dari pimpinan TNI Angkatan Udara untuk membentuk Wanita Angkatan Udara (Wara).
Tak lama, hal itu langsung direalisasikan melalui pembukaan pendidikan Wara Pertama pada 10 Juni 1963 di Kaliurang yang berlokasi di lereng pegunungan Plawangan, Yogyakarta, dengan kepala sekolah Letnan Kolonel Penerbang Sumitro.
Pendidikan diikuti oleh 30 orang wanita lulusan sarjana dan sarjana muda dari berbagai jurusan. Mereka mengikuti Pendidikan Dasar Militer selama tiga bulan di Lanuma Adisutjipto, dan dilantik menjadi Perwira Wanita Angkatan Udara Angkatan Pertama pada tanggal 12 Agustus 1963.
Sejalan dengan pembentukan Wara, saat itu diputuskan pula bahwa Wara bukan merupakan korps tersendiri, tetapi diintegrasikan dalam korps yang berlaku di lingkungan TNI Angkatan Udara sama dengan anggota militer lainnya.
Berjalan setahun, Wara boleh berbangga hati, karena tahun 1964 dua anggota Wara telah dididik untuk menjadi penerbang TNI AU yang pertama, dengan meraih Wing Penerbang Kelas lll, yaitu Letnan Dua Lulu Lugiarti dan Letnan Dua Herdani, mereka juga menjadi penerbang militer pertama di lingkungan korps wanita TNl.
Kemudian tahun 1982, TNI Angkatan Udara mencetak kembali penerbang wanita yang berasal dari Bintara Wara yaitu Sertu Hermuntarsih dan Serda Sulastri Baso. Mereka dididik bersama para penerbang pria.
Tak berhenti sampai disana, tahun 1985, kembali mencetak penerbang Wara dari bintara; Serda Veronika Tig, Serda Hendrika, Serda Martini, Serda lnana Musailimah dan Serda Ratih.
Setelah 22 tahun berselang, tepatnya pada 2007 TNI Angkatan Udara mencetak dua penerbang Wara atas nama Serda Sekti Ambarwati dan Serda Fariana Dewi. Kedua penerbang yang saat ini berpangkat Kapten Penerbang berdinas di Skadron Udara 2 Lanud Halim dan Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma.
Saat ini, penempatan anggota Wara dalam mengisi kebutuhan organisasi TNI Angkatan Udara terus berkembang, meliputi semua bidang, baik di bidang staf operasi, personel, kesehatan, pendidikan maupun logistik, dan pramugari.
Demikian pula dalam bidang penugasan lainnya, personel Wara tidak hanya bertugas dijajaran TNI Angkatan Udara, tetapi juga di instansi Kemhan/Mabes TNl.
Disamping itu, beberapa anggota Wara juga pernah menjadi anggota DPR pusat maupun daerah, dan sampai saat ini Wara tetap menjalin kerja sama dengan korps wanita angkatan lain.
Keberhasilan Wara dalam mengemban tugasnya tidak hanya memberikan sumbangan positif bagi keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas TNI Angkatan Udara, akan tetapi juga merupakan salah satu bukti keberhasilan perjuangan kaum wanita lndonesia. Semoga Wanita TNI Angkatan Udara (Wara), tetap menjadi srikandi kebanggaan Angkatan Udara khususnya, bangsa dan negara pada umumnya.