MATA INDONESIA, JEDDAH – Jangan bayangkan Arab Saudi 10 tahun lalu. Sekarang ini wanita-wanita berambut pendek mewarnai jalanan di sejumlah jalanan di wilayah Saudi.
Potongan rambut – terkenal secara lokal dengan kata bahasa Inggris “boy” – mencolok terlihat di jalan-jalan Riyadh. Tak ada lagi penggunaan jilbab. Pakaian mini dengan sepatu hak tinggi ataupun bot berseliweran di beberapa mal. Tak hanya Riyadh, beberapa kota di Arab Saudi juga sudah mulai terlihat bebas dalam hal berbusana. Dan ini karena reformasi sosial Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS), putra Raja Salman.
Misi putera mahkota Mohammed Bin Salman (MBS) yang ingin menjadikan Arab Saudi dan negara-negara Teluk seperti Eropa menuai banyak respons negatif dari umat muslim. Banyak yang mengaitkannya dengan kebenaran Hadis Nabi dan fitnah akhir zaman. Apalagi Saudi selama sebagai negara yang teguh pada prinsip-prinsip Syariah.
Kebijakan MBS dengan “Vision 2030” merupakan jalan menuju modernisasi seperti cita-citanya. MBS yang terbiasa hidup mewah dari kecil menjadi calon raja setelah Raja Salman mengangkatnya sebagai putra mahkota pada 2017 lalu.
Kebijakannya mendapat pujian dari negara barat. Termasuk dari anak-anak muda warga Arab Saudi dan kelompok liberal. Saat berpidato di depan anggota kerajaan dan sejumlah pemimpin negera-negara Teluk, MBS menyatakan bahwa Arab akan menjadi Eropa baru. Ia memberikan contoh dua kota di Uni Emirat Arab yaitu Dubai dan Abu Dhabi yang sukses melakukan liberalisasi.
Rambut Pendek
Seorang warga Riyadh Dokter Safi – ia menolak menyebut nama aslinya – meminta penata rambut untuk membabat habis rambutnya yang panjang dan bergelombang. Ia ingin lehernya terlihat indah. Nah, gaya rambut pendek ini menjadi populer di kalangan wanita pekerja di negara tersebut. ”Orang suka melihat feminitas dalam penampilan wanita,” katanya. “Gaya ini seperti perisai yang melindungi saya dari orang-orang dan memberi saya kekuatan.”
Gaya-gaya rambut pendek ini juga dilakukan oleh selebriti Arab seperti aktris Yasmin Raeis atau penyanyi Shirene yang telah mengadopsi gaya tersebut.
“Wanita yang memotong rambutnya dengan gaya ini adalah wanita yang karakternya kuat. Tidak mudah bagi wanita untuk memotong rambutnya,” kata stylist Mesir, Mai Galal kepada AFP.
Nouf, yang bekerja di sebuah toko kosmetik di Riyadh dan juga memotong pendek rambutnya ini juga punya pandangan soal rambut pendek dan girl power.
“Kami ingin mengatakan bahwa kami ada, dan peran kami dalam masyarakat tidak jauh berbeda dengan peran kami di masyarakat, para laki-laki.”
Di salah satu salon di pusat kota Riyadh, permintaan untuk potongan pendek telah melonjak. Nyaris tujuh atau delapan pelanggan dari 30 memintanya pada hari tertentu. Lamis, seorang penata rambut yang kebanjiran permintaan ini mengaku salonnya laku keras dan mendapatkan keuntungan berlipat-lipat.
“Tampilan ini menjadi sangat populer sekarang. Permintaannya meningkat, terutama setelah perempuan memasuki pasar tenaga kerja,” katanya.
MBS memang memperbolehkan perempuan Arab Saudi untuk bekerja di luar rumah. Tak hanya itu wanita Arab Saudi tidak lagi dilarang dari konser dan acara olahraga. Mereka juga mendapatkan hak untuk mengemudi.
Kerajaan juga telah melonggarkan apa yang disebut aturan perwalian, yang berarti perempuan sekarang dapat memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin saudara laki-lakinya.
Namun tetap saja. MBS melarang perempuan bersuara vokal. Ia bersama pasukannya kerajaan akan melakukan tindakan keras terhadap aktivis hak-hak perempuan.
Hal ini dilakukan MBS supaya reformasi visi 2030 tidak terganggu dan terutama tidak menganggu gaya hidup anggota kerajaan.