MATA INDONESIA, JAKARTA – Meningkatnya popularitas kedai kopi di Indonesia, memberikan peluang bisnis yang menjanjikan bagi para pelaku usaha. Persaingan yang ketat serta keberagaman konsumen menjadikan para pemilik coffee shop untuk tetap tanggap dan menyesuaikan diri dalam mendapatkan loyalitas pelanggan,
Loyalitas pelanggan ini dapat dibentuk dari strategi pemasaran yang efektif dan memikat dalam mempromosikan produk. Menentukan apa yang dibutuhkan konsumen, mulai dari produk, harga, kenyamanan serta tempat yang memiliki ciri khas tersendiri.
Penggunaan media promosi juga sangat membantu untuk mencapai dan memperluas target sales. Terlebih di tengah pandemi seperti sekarang ini, khususnya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), orang-orang lebih memilih memesan makanan ataupun minuman secara online ketimbang dine in.
Seperti strategi pemasaran yang diterapkan oleh Kopipola Backyard di Jakarta Timur. Awalnya mereka melakukan community engagement, kolaborasi dan aktivasi media sosial. Namun, memasuki masa pandemi, kedua strategi tersebut menjadi tidak efektif karena memerlukan interaksi langsung. ”Kopipola kemudian mengubah strategi penjualannya supaya lebih mudah. Kopipola menyediakan layanan delivery yang diantar oleh Barista langsung, tidak melalui pihak ketiga dengan tujuan tetap menjaga interaksi dengan pelanggan meskipun tidak di outlet Kopipola,” ujar Ridho Putro, pemilik Kopipola Backyard.
Strategi tersebut diperkuat dengan gimmick protokol kesehatan oleh Barista yang melakukan pengiriman produk. Berkostum APD lengkap layaknya petugas medis dan meracik langsung produk minuman di rumah pelanggan sempat berhasil meningkatkan angka penjualan online. Strategi yang sedemikian rupa ternyata berhasil meningkatkan awareness dan engagement Kopipola di media sosial seperti Instagram, berkat konten-konten yang diangkat oleh customer.
Di masa PSBB transisi, Kopipola kembali melakukan penyesuaian pada strategi marketingnya. Karena dibatasinya jumlah pengunjung outlet, Kopipola memberlakukan sistem waiting list atau order table untuk customer yang ingin datang ke outlet. ”Kedepannya, Kopipola berencana memperkuat strategi marketing dalam bentuk kolaborasi, dan eksekusinya dilakukan melalui jalur online,” kata Ridho.
Strategi pemasaran yang hampir serupa juga dilakukan oleh Alles Coffee & Eatery yang berlokasi di daerah Grand Galaxy, Bekasi. Strategi pemasaran Alles dimulai ketika datangnya masa pandemi atau PSBB awal, dengan cara membuat paket makanan dan minuman dengan harga ramah di kantong. Pihak Alles juga melakukan sistem free delivery untuk para customernya. ”Program seperti itu sebenarnya sangat membantu kita untuk pemasukan sales per harinya, dan membantu juga untuk branding kita karena setiap customer yang membeli produk Alles biasanya memposting brand Alles, lalu di tag ke akun sosial media Alles,” kata Rifqi Aziz, Brand & Marketing Strategy dari Alles Coffee.
Untuk promo dari merchant seperti Ovo, Gojek, dan lain-lain, pihak Alles mengaku tidak ada memberlakukan promo cash back atau diskon. Karena Alles lebih fokus ke free delivery dari pihaknya sendiri. Hal tersebut diakui Rifqi bisa membangun engagement langsung terhadap customer-customernya.
Cerita lain juga datang dari Kopi2lima, kedai kopi di wilayah Citeureup, Bogor, yang beberapa bulan belakangan baru saja berdiri di tengah pandemi ini. Sang pemilik dari Kopi2lima, Indra Siswoyo, mengakui penjualan awalnya bisa dibilang tidak signifikan. Biarpun kedai kopi miliknya baru dan penuh akan resiko sepi pelanggan, ia tidak kehabisan cara dalam melakukan strategi pemasaran.
Media sosial seperti Instagram dan WhatsApp menjadi salah satu strategi pemasaran yang dilakukannya. Selain itu, Kopi2lima memberikan promo 20 persen dari harga normalnya. Hal tersebut jadi sebuah trik jitu dalam menarik minat beli customer. ”Rencana kedepannya akan mulai menggunakan pembayaran cashless,” ujarnya.
Reporter: Khansa Dhiya Sasikirana