MATA INDONESIA, JAKARTA – Kecanggihan teknologi ternyata mampu dimaksimalkan untuk membantu menyelamatkan kru dan kapal selam yang tenggelam di seluruh dunia. Hal ini sudah dibuktikan pada Mei 1939 Angkatan Laut Amerika Serikat mengevakuasi 33 orang dengan selamat dari USS Squalus yang tenggelam.
Maka, ada beberapa cara dan teknologi yang bisa digunakan untuk menyelamatkan kapal yang tenggelam. Pertama dengan menggunakan kapsul penyelamatan. Tangki penyelamatan kapal selam (SRC) mampu dikerahkan untuk menyelamatkan kru kapal yang ada di kapal selam pada kedalaman kurang dari 250 meter.
Adapun, cara keja tangki tersebut yakni dengan menempelkan pintu tangki dengan kapal selam. Setelah memiliki tekanan udara yang sama, maka pintu akan dibuka dan kru kapal dapat berpindah satu per satu ke dalam tangki tersebut. Meski demikian, ruang tersebut tergolong kecil sehingga tidak bisa menampung banyak kru.
Saat ini SRC masih menjadi pilihan untuk mengevakuasi kapal yang tenggelam, karena desainnya yang sederhana sehingga dinilai efektif digunakan dan dapat diandalkan.
Kedua, yakni kapal kapsul penyelamat DSRV. Kapal penyelamat ini dapat digunakan melalui laut, udara atau darat untuk menyelamatkan kapal di berbagai lokasi. DSRV diluncurkan pada awal 1970-an dan berfungsi sebagai sistem penyelamatan kapal selam Angkatan Laut hingga 2008.
Kapal induk akan membawa DSRV ke lokasi yang diduga menjadi titik tenggelamnya kapal. DSRV bisa menyelam dan mencari keberadaan kapal yang tenggelam.
Ketiga, yakni dengan Submarine Rescue Diving and Recompression System (SRDRS). Kapal ini mampu melakukan operasi penyelamatan dalam tiga bagian. Meliputi pemindaian, rescue, dan dekompresi.
Keempat, yaitu menggunakan kapal penyelamat submersible Deep Search and Rescue Six (DSAR 6) dioperasikan oleh Angkatan Laut Singapura. DSAR 6 diluncurkan dari kapal induk MV Swift Rescue yang bisa menyelam hingga ratusan meter.
Bentuk kapal ini seperti kapsul yang mampu menyelam hingga ratusan meter dan terhubung dengan kapal selam yang rusak atau tenggelam.
Adapun, DSAR 6 bisa menampung maksimal 17 anggota dan dioperasikan oleh dua anggota awak.