5 Film Terbaik Kajol Devgan, Favoritmu yang Mana?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kamu penggemar Kajol Devgan? Sudah nonton banyak film-filmnya? Ya, Kajol disebut sebagai aktris terbaik dari industri film Bollywood. Tak heran, penggemarnya sangat banyak dari seluruh dunia.

Nah, pasang surut dalam industri perfilman itu sudah biasa, terutama bagi para pemeran. Termasuk Kajol, ia pernah membintangi banyak film sukses, namun juga ada yang tidak meledak di pasaran.

Dari seluruh film yang pernah diperankan aktris senior kelahiran 5 Agustus 1974 ini, berikut 5 terbaik di antaranya:

1. Dilwale Dulhania Le Jayenge

Dilwale Dulhania Le Jayenge
Dilwale Dulhania Le Jayenge

Film ini dirilis pada 1995, dan meledak tak hanya di India saja, namun di beberapa negara lain, termasuk Indonesia. Kajol berperan sebagai Simran Singh, dengan lawan mainnya Shah Rukh Khan yang memerankan Raj Malhotra. Film ini meraup keuntungan hingga 32 juta dolar AS.

2. Kuch Kuch Hota Hai

Kuch Kuch Hota Hai
Kuch Kuch Hota Hai

Film yang berkisah tentang friendzone antara Anjali (Kajol) dan Rahul (Shah Rukh Khan) ini menjadi blockbuster yang menggemparkan dunia, dan mengangkat martabat industri perfilman Bollywood secara global. Kuch Kuch Hota Hai dirilis pada 1998 di India dan Inggris secara bersamaan.

3. Khabi Kushi Khabie Gham

Khabi Khusi Khabie Gham

Dirilis tahun 2001, banyak penonton film ini tak mampu menahan air mata mengikuti alur kisahnya yang penuh nuansa haru. Berkisah tentang kehidupan keluarga, Kajol memerankan Anjali Sharma, dengan lawan main sang Raja Bollywood, Shah Rukh Khan sebagai Rahul Raichand.

4. Fanaa

Fanaa
Fanaa

Film Fanaa ini juga menjadi salah satu kesuksesan Kajol. Kali ini, istri dari Ajay Devgan itu berduet dengan Aamir Khan. Kisah sedih, haru dan romantisme menjadi magnet dalam film Fanaa yang dirilis tahun 2006.

5. My Name Is Khan

My Name Is Khan

Mengambil latar di Amerika Serikat, film ini berkisah tentang seorang pria berkebutuhan yang diperankan Shah Rukh Khan, berambisi untuk menemui Presiden AS dan menyampaikan bahwa Islam bukan agama teroris. Sementara Kajol, berperan sebagai istri dari pria tersebut.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini