Berkunjung ke Istana Negara, Paus Tegaskan Ingin Tingkatkan Dialog Antaragama

Baca Juga

Oleh: Andika Pratama )*

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi sorotan dunia, menandai babak baru dalam hubungan antaragama yang penuh damai dan saling pengertian. Toleransi beragama yang kuat dan inklusif di Indonesia dianggap sebagai salah satu faktor utama yang mendorong kunjungan Paus Fransiskus ke negara ini. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menggarisbawahi bahwa Indonesia, dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, menunjukkan keterbukaan dan keharmonisan dalam hubungan antarumat beragama yang patut dijadikan teladan.

Uskup Purwokerto, Christophorus Tri Harsono mengatakan Paus Fransiskus sangat menghargai keterbukaan umat Muslim di Indonesia yang menyambut dialog lintas agama dengan penuh antusiasme. Menurut Harsono, Indonesia menjadi negara yang dikunjungi Paus dengan durasi kunjungan yang paling lama di antara negara-negara lain yang pernah dikunjunginya. Hal ini mencerminkan kesiapan dan keterbukaan Indonesia dalam menerima kunjungan ini, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang paling pantas menjadi contoh dalam dialog antaragama.

Paus Fransiskus tidak hanya menyapa umat Katolik dan Muslim, tetapi juga umat beragama lainnya di Indonesia. Beliau melihat kunjungan ini sebagai momentum untuk merayakan persaudaraan universal, di mana perbedaan agama bukanlah penghalang, tetapi justru menjadi kekayaan yang harus diterima dan dihargai.

Dalam kunjungannya di Istana Negara, pada Rabu (4/9), Paus Fransiskus menegaskan bahwa pihaknya ingin meningkatkan dialog antaragama di berbagai wilayah negara. Paus Fransiskus menyebut hal itu dilakukan untuk memperkuat kerukunan dan menghapus ketimpangan. Paus berharap cara ini dapat menumbuhkan rasa percaya dan saling menghargai, dimana hal itu dapat melawan ekstremisme dan intoleransi.

Pemimpin Gereja Katolik Dunia tersebut menyampaikan nasihat bahwa menghargai dan mendengarkan satu sama lain merupakan bentuk mendukung persaudaraan. Paus Fransiskus berkeinginan untuk menguatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga negara.

Sebagai negara yang berlandaskan Pancasila, Indonesia telah berhasil menerapkan prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila, dengan sila-sila yang mencerminkan kebijaksanaan dan toleransi, menjadi landasan bagi terciptanya masyarakat yang saling menghormati perbedaan dan hidup dalam harmoni. Nilai-nilai ini menjadi dasar kuat yang membuat Indonesia mampu menjadi contoh dalam penerapan toleransi beragama di kancah internasional.

Kunjungan Paus Fransiskus ini juga tidak dimaksudkan untuk kegiatan dakwah atau syiar tertentu, tetapi lebih kepada tujuan kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Paus mengapresiasi peran umat Katolik di Indonesia yang tetap memegang teguh ajaran gereja dan aktif dalam pelayanan kasih, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia. Hal ini menegaskan bahwa agama bisa menjadi kekuatan untuk kebaikan, menyatukan manusia dalam misi kemanusiaan yang universal.

Tidak hanya dari umat Katolik, kunjungan Paus Fransiskus juga mendapatkan sambutan hangat dari umat Muslim, khususnya dari Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Timur (NTT). Wakil Ketua PWNU NTT, Dr. Ambo, M.Si, menegaskan bahwa organisasi Muslim terbesar di Indonesia ini berkomitmen untuk memperkuat toleransi dan persaudaraan umat beragama. Nilai-nilai seperti saling menghargai, persatuan dalam keberagaman, mencegah konflik, dan mengutamakan perdamaian menjadi dasar dari hubungan yang harmonis antara umat beragama di Indonesia.

PWNU NTT menganggap kunjungan Paus Fransiskus sebagai momen penting untuk memperkuat hubungan antara umat Muslim dan Katolik di Indonesia, serta memperdalam dialog antaragama yang telah berjalan selama ini. Menurut Dr. Ambo, nilai-nilai seperti persatuan dalam keberagaman dan kerja sama antarumat beragama perlu terus dipertahankan dan dikembangkan sebagai pondasi bagi kedamaian di Indonesia.

Menurut Romo Leonardus Mali, Pr, kunjungan Paus Fransiskus memiliki dua makna penting: pertama, sebagai kunjungan diplomatik antara kepala negara Vatikan dengan Indonesia; kedua, sebagai kunjungan apostolik dari pemimpin tertinggi umat Katolik. Kunjungan ini tidak hanya akan meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan yang telah lama terjalin, tetapi juga menggarisbawahi keunikan sistem kebudayaan Indonesia serta kontribusi misionaris Indonesia di seluruh dunia.

Sebagai negara dengan masyarakat yang beragam, Indonesia telah menunjukkan bahwa kerukunan antarumat beragama dapat terwujud melalui komitmen bersama dalam menghormati perbedaan. Kehidupan yang damai dan harmonis di Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat multikultural dapat hidup berdampingan tanpa menimbulkan konflik. Paus Fransiskus melihat Indonesia sebagai perwujudan nyata dari prinsip persaudaraan manusia. Dialog antaragama di Indonesia tidak hanya menjadi sarana untuk menerima realitas perbedaan, tetapi juga menjadi platform untuk membangun kesepahaman dan saling menghargai. Kunjungan ini menjadi pengakuan internasional atas peran Indonesia dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi di dunia.

Melalui kunjungan ini, Paus Fransiskus mengingatkan kita semua bahwa perbedaan agama, ras, dan budaya bukanlah alasan untuk terpecah, tetapi justru menjadi alasan untuk bersatu dan bekerja sama dalam membangun dunia yang lebih baik. Hubungan diplomatik yang telah terjalin sejak lama ini menjadi semakin erat dengan adanya kunjungan pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Kunjungan ini bukan hanya simbol persahabatan, tetapi juga merupakan wujud nyata dari komitmen kedua negara dalam menjaga perdamaian dan keharmonisan dunia.

)* Penulis adalah  Kotributor Jabar Trigger

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Presiden Prabowo Tingkatkan Pendampingan dan Pelatihan Demi Pemberdayaan UMKM

Oleh: Nadia Putri Ningsih )* Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini