Tanaman Langka yang Bisa Menambang Nikel Tersembunyi di Kawasan Pertambangan Terbesar Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA– Lahan bekas pertambangan nikel terbilang cukup serius dampaknya. Selain dapat menjadikan lahan menjadi terbengkalai, tanahnya pun menjadi tandus. Namun, sebuah penelitian memperkirakan terdapat tanaman hiper-akumulator nikel yang bisa memecahkan permasalahan tersebut. Meski tanamannya terbilang langka.

Tumbuhan langka hiper-akumulator yang secara alami dapat ‘menambang’ nikel dengan jumlah cukup banyak itu tersembunyi di hutan Indonesia. Hal itu membuat banyak kalangan berupaya menemukannya sebelum tanaman langka tersebut punah.

Seorang ahli biologi tanah sekaligus dosen di Universitas Tadulako Sulawesi Tengah bernama Alyen Tjoa, pada tahun 2004 pernah menjelajahi kota Sorowako di Sulawesi. Kota yang dulunya ditumbuhi beragam tumbuhan ‘langka’ dan jarang ditemukan di tempat lain.

Namun, saat itu Tjoa meungkapkan bahwa di kawasan tersebut hanyalah tersisa tanah gundul karena Sorowako telah menjadi salah satu kawasan pertambangan nikel terbesar di dunia. Satu perusahaan yang melakukan pertambangan di Sorowako bisa menghasilkan 5 persen dari pasokan nikel global.

Meski begitu, beberapa semak dan pohon muda masih ada yang dibiarkan tumbuh. Kala itu Tjoa berupaya untuk menemukan tanaman langka yang tersembunyi. Menurutnya, ‘tanaman super’ tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan pertambangan yang mengandung nikel. Dan bahkan bisa menyerap nikel dari tanah serta menyimpan kandungan nikel tersebut di bagian tubuh maupun daunnya.

Tanaman yang dicari Tjoa mampu sebagai sumber alternatif ‘pertambangan’ saat nikel yang terkandung dalam tanaman tersebut dipanen tanpa bisa merusak ekosistem.

Diketahui tumbuhan langka atau hiper-akumulator dapat menyimpan 1.000 mikrogram nikel pada satu gram daunnya yang kering. Meski pada umunya tanaman menyerap logam berat dalam jumlah kecil untuk kebutuhan saat proses berbunga dan jika terlalu banyak nikel dapat membuat tanaman mati, pada tanaman hiper-akumulator ini memiliki kemampuan mengalihkan nikel yang berlebih itu.

“Nikel yang berlebih akan dialihkan dan disimpan di dalam vakuola yakni organel di dalam sel pada tumbuhan hiper-akumulator,” tegas Tjoa.

Tercatat saat ini sudah ada 450 spesies tanaman yang dapat menyerap nikel di seluruh dunia.

  • Di Italia, spesies Alyssum murale bisa menyerap hingga 30.000 mikrogram nikel per satu gram daun kering.
  • Malaysia juga menemukan spesies Phyllantus balgoyii yang memiliki kandungan nikel sangat tinggi berwarna biru kehijauan cerah.dari 24 spesies

Di belahan negara lain juga tumbuh meski kebanyakan tumbuh di tempat keragaman hayati lebih sedikit. Serta kandungan nikelnya pun lebih sedikit dari Indonesia. Seperti di Kuba terdapat 130 spesies. Eropa Selatan 45 spesies, Kaledonia Baru 65 spesies.

Di Indonesia spesies tanaman ajaib tersebut masih sedikit. Padahal Indonesia merupakan salah satu tempat dengan keragaman hayati dan mengandung nikel terbesar di dunia. Menurut Tjoa, karena masih segelintir yang mencari padahal tanaman itu kapan saja bisa punah.

Selama empat tahun Tjoa mengeksplorasi kawasan pertambangan Sorowako setelah mendapat izin dari perusahaan tambang di tempat itu. Dengan biaya pribadi, Tjoa berhasil menemukan tanaman yang langka tersebut. Karena tidak mempunyai ciri khas tersendiri. Ia berhasil menemukan dua spesies. Sarcotheca celebica dan Knema matanensis pada tahun 2008.

Hasil dari laboratorium, kedua spesies itu dapat menyimpan 1.000 hingga 5.000 mikrogram nikel per satu gram daun kering. Tjoa masih mencari spesies yang bisa menghasilkan setidaknya 10.000 mikrogram per satu daun kering.

Langkah Tjoa menginspirasi Satria Bijaksana selaku guru besar di bidang kemagnetan dari Institur Teknologi Bandung. Kebetulan Satria juga tengah mencari penelitian yang relevan dari hubungan geologi dan ekologi di Sulawesi.

Tjoa sudah dari awal sudah melakukan penelitian akan tanaman yang bisa dipanen untuk diambil ekstrak mineralnya. Atau sebutannya dengan istilah ‘phyromining’. Satria yang memiliki kemampuan dalam bidang kemagenetan akhirnya berkolaborasi dengan Tjoa karena tanaman hiper-akumulator juga mengandung logam dalam jumlah tinggi.

Penelitian keduanya resmi terbit pada Mei 2020 yang mengidentifikasi dua spesies (Casearia halmaherensis dan sejenis spesies merica) di tempat yang sama yakni di Sulawesi. Kedua spesies itu dapat menghasilkan 2.600 sampai 2.900 mikrogram nikel per satu gram daun.

Van der Ent, seorang dari peneliti dari Universitas Queensland melakukan perhitungan dari satu tanaman hiper-akumulator. Salah satunya pada spesies Phyllantus balgoyii. Dalam perhitungannya, 120 kilogram nikel per hektare setiap tahunnya dapat bernilai sekitar USD 1.754 atau setara Rp 26 juta.

Di Sulawesi dan Halmahera sebagai kawasan terdekat Sorowako masih memiliki batuan dasar ultrabasa. Seluas 23.400 hektare yang merupakan terbesar di dunia. Dan berkemungkinan kaya akan kandungan nikelnya.

Cara baru menambang dengan proses ‘phyromining’, efektif untuk melepaskan unsur radioaktif berupa zat-zat abses maupun debu logam. Selain itu, limbah semi cair beracun dari proses pertambahan pada umunya bisa terpangkas dengan tanaman hiper-akumulator. Melalui proses ‘phyromining’.

Menurut Tjoa, proses ‘phyromining’ bisa tersebar di setiap kawasan pertambangan. Dengan cara setiap perusahaan wajib menyisihkan sebagian areanya tanaman hiper-akumulator dengan spesies lainnya. Selain dapat melestarikan ekosistem, dengan adanya tanaman langka tersebut dapat mengurangi limbah beracun hasil pertambangan.

BBC/Penulis: Irania Zulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini