Home Cuitan MI Sumber AIDS Berawal dari Gorila dan Simpanse

Sumber AIDS Berawal dari Gorila dan Simpanse

0
267

MATA INDONESIA, JAKARTA – Penyebab awal penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang berasal dari virus uman Immunodeficiency Virus (HIV) berasal dari Gorila dan Simpanse.

Penemuan virus ini pertama kali pada tahun 1920 di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo. Saat itu marak laporan mengenai adanya penyebaran infeksi virus Simian Immunodeficiency Viruses (SIV) yang penyebarannya berasal dari gorila dan simpanse kepada manusia.

Penemuan identifikasi awal dengan HIV adalah sebuah rangkaian virus milik simpanse. Nama virus ini adalah SIV atau Simian Immunodeficiency Virus.

Virus itu menyebar dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya melalui perburuan dan hubungan seksual antar hewan. Selanjutnya, virus SIV menyebar ke manusia ketika perburuan terjadi di Afrika. Simpanse yang memiliki virus mematikan ini menjadi santapan makanan para pemburu yang kelaparan. Tak hanya itu cipratan darah/carian dari tubuh simpanse masuk ke tubuh pemburu melalui luka. Lalu mulailah terjadinya transmisi virus SIV pertama antara hewan dan manusia.

Setelah menghinggapi tubuh manusia, virus SIV berevolusi menjadi HIV. Penyebarannya terjadi melalui para imigran dan perdagangan manusia (sex trade).

Pada tahun 1960-an, virus HIV menyebar dari Afrika ke Haiti dan orang-orang Kepulauan Karibia. Penyebaran berikutnya terjadi satu dekade setelahnya. Virus HIV berpindah dari Kepulauan Karibia ke New York City pada sekitar 1970, lalu ke San Francisco.

Akhirnya, virus HIV pun menyebar ke dunia dari Amerika Serikat lewat penerbangan internasional. Awal mulanya masyarakat belum tahu penyakit HIV ini. Banyak tenaga medis yang kebingungan saat memeriksa virus ini. Padahal virus HIV ini telah menyebar di Amerika Serikat pada tahun 1970-an sampai awal 1980-an.

Soalnya, virus ini menyerang sistem imun. Sehingga bermacam penyakit yang muncul menjadi penyebab dan akar masalahnya saat dokter mendiagnosa orang yang terkena virus ini. Apalagi, belum ada konsep penyakit AIDS kala itu.

Kasus pertama yang tercatat pada tahun 1981 oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) berpusat pada kondisi kesehatan buruk para pria homoseksual. Para pria tersebut mengalami penurunan imunitas secara drastis dan terkena pneumonia. Setelah itu, muncullah istilah penyakit gangguan sistem imun yang kemudian di beri nama GRID (gay-related immune deficiency) dan gay plague. Belum ada penelitian yang jelas, apakah CDC ini juga berasal dari virus Gorila dan Simpanse.

Penyakit ini erat kaitannya dengan kaum homoseksual karena kebanyakan penderitanya adalah homoseksual pada saat itu.

Pada September 1982, barulah CDC menggunakan istilah AIDS untuk pertama kalinya sebagai pendeskripsian penyakit yang disebabkan oleh virus HIV.

Sementara itu, dilaporkan bahwa sejumlah kasus serupa AIDS terjadi di negara-negara Eropa pada akhir tahun 1982.

Kemudian, di tahun 1980-an, ditemukan adanya jangkitan kanker ganas yang disebut Sarcoma Kaposi di California dan New York. Penyakit ini dialami oleh pria homoseksual dan memiliki keterkaitan dengan kerusakan parah sistem kekebalan tubuh.

Infeksi seperti itu semakin meluas dan menjangkiti sekitar 270 kasus pasien pria homoseksual. Kesemuanya, mengalami kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh dan membuat 121 orang di antaranya meninggal dunia.

Mulanya, para ahli menamakan penyakit ini sebagai Gay-Related Immune Deficiency (GRID). Namun, karena penyebaran penyakit ini tidak hanya karena aktivitas seksual sesama jenis, maka Centers of Desease Control (CDC) menggantinya dengan nama Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

AIDS dapat menjangkiti orang lain hubungan seks heteroseksual, penggunaan jarum suntik yang sama dan tidak steril, tranfusi darah, penggunaan NAPZA suntik, dan dapat menular pada anak melalui ibu yang menderita HIV/AIDS.

Mengenai tahapannya, gejala HIV dan AIDS terbagi menjadi tiga tahapan, awalnya dari infeksi HIV akut, infeksi HIV kronis, hingga akhirnya menjadi AIDS.

Dalam tahap infeksi HIV akut, biasanya gejalanya baru akan terlihat sekitar 2 – 4 minggu setelah seseorang terinfeksi. Di tahap ini, sistem kekebalan tubuh pengidap akan membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Pengidap akan mengalami flu yang dapat sembuh dan kambuh kembali. Gejala-gejala pengidap infeksi HIV akut dapat ringan dan berat. Gejalanya meliputi, flu, demam, nyeri sendi dan otot, muncul ruam pada kulit, sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit perut, muntah, hingga pembengkakan kelenjar getah bening.

Selanjutnya adalah tahap infeksi HIV kronis (masa laten). Pada tahap ini, virus HIV akan tetap aktif dan dapat merusak daya tahan tubuh, namun perkembangbiakannya lebih sedikit. Infeksi HIV kronis akan terjadi beberapa bulan setelah sang pengidap terinfeksi HIV.

Di tahap ini, gejala yang akan terasa oleh pengidap adalah berkeringat di malam hari, sering kelelahan, batuk, diare, sakit kepala, berat badan menurun, mual dan muntah, pembengkakan kelenjar getah bening, hingga herpes zozter.

Lalu, yang terakhir adalah tahap AIDS. Penyakit HIV yang tidak segera berobat akan membuat pengidapnya terinfeksi AIDS. Di tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah sangat rusak dan tidak lagi dapat menghalau virus yang masuk ke tubuh sehingga pengidap akan mudah terserang penyakit.

Gejala AIDS adalah berkeringat di malam hari, mudah marah dan depresi, mudah merasa lelah, ada ruam pada kulit, ada bercak putih di beberapa area tubuh (lidah, mulut, anus, dan kelamin), ada bintik ungu yang tak bisa hilang, mengalami demam lebih dari 10 hari, mengalami diare kronis, adanya pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa area tubuh (leher, ketiak, dan selengkangan), berat badan menurun, sesak napas, hingga mengalami gangguan saraf.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here