Oleh : Dirandra Falguni )*
Program “Makan Bergizi Gratis” (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto menuai banyak apresiasi dari masyarakat, akademisi, hingga pengamat ekonomi. Program yang diluncurkan pada awal Januari 2025 ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat, tetapi juga memberikan stimulus ekonomi yang signifikan, terutama di daerah-daerah yang menjadi lokasi pelaksanaannya.
Peneliti dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian mengungkapkan bahwa program MBG memiliki efek berganda (multiplier effect) yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan membuka pangsa pasar baru. Pembentukan dapur sehat melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menggerakkan ekonomi daerah dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal dan melibatkan tenaga kerja dari masyarakat setempat.
Pemanfaatan dapur lokal, seperti dapur sekolah atau milik UMKM, dapat menghemat anggaran dan menekan biaya distribusi. Dengan lokasi dapur yang dekat dengan fasilitas pendidikan, efisiensi operasional dapat ditingkatkan, sehingga lebih banyak tenaga kerja lokal terserap. Model seperti ini memberikan peluang besar bagi masyarakat setempat untuk terlibat langsung dalam program nasional.
Program MBG yang dirancang pemerintah telah dimulai di 190 titik layanan di 26 provinsi, termasuk Aceh, Jawa Tengah, Bali, dan Papua. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi, menyebutkan bahwa target 937 dapur MBG akan tercapai pada akhir Januari 2025, dengan rencana jangka panjang mencapai 5.000 dapur pada akhir 2025. Program ini ditargetkan menjangkau 20 juta penerima manfaat, mulai dari anak sekolah hingga ibu hamil dan menyusui.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa program ini bukan sekadar langkah untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga investasi untuk masa depan Indonesia Emas 2045. Setiap anak Indonesia berhak mendapatkan akses makanan bergizi. Program ini adalah upaya konkret untuk menciptakan generasi unggul yang sehat dan berdaya saing tinggi.
Dampak lain dari program ini adalah peningkatan partisipasi siswa di sekolah. Menurut penelitian di negara-negara seperti India dan Amerika Latin, pemberian makanan bergizi gratis bagi siswa terbukti meningkatkan konsentrasi belajar dan mengurangi angka putus sekolah. Di Indonesia, hal serupa diharapkan terjadi, terutama di daerah-daerah terpencil.
Dari sisi kesehatan, MBG berkontribusi dalam menurunkan angka stunting dan malnutrisi. Target ini sejalan dengan misi pemerintah untuk mempercepat pengembangan sumber daya manusia unggul melalui perbaikan kualitas gizi masyarakat.
HSBC dalam proyeksi ekonominya untuk 2025 menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,1 persen. Walaupun belum mencapai target ambisius 8 persen, program-program seperti MBG diyakini mampu memberikan fondasi kuat untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari menyoroti bahwa kebijakan seperti MBG dapat menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat ekonomi domestik melalui pendekatan hyper lokal.
Metode ini, yang melibatkan produksi dan distribusi makanan di tingkat lokal, mampu menekan biaya logistik sekaligus meningkatkan produktivitas masyarakat di sekitar lokasi program. Jika dilaksanakan dengan benar, MBG dapat memberikan dampak positif dalam jangka menengah terhadap pertumbuhan ekonomi.
Salah satu kekuatan utama program MBG adalah keterlibatan UMKM, petani, dan nelayan dalam rantai pasok pangan. Pemerintah memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam program ini berasal dari produk lokal. Dengan demikian, program ini juga berkontribusi pada penguatan ketahanan pangan nasional.
Ekonom senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, menilai bahwa langkah pemerintah untuk melibatkan sektor pertanian dan perikanan dalam program MBG merupakan kebijakan strategis. “Selain mendukung hilirisasi industri, program ini juga mendorong inovasi di sektor agrikultur dan perikanan yang potensial menjadi pilar ekspor baru.
Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 71 triliun, pemerintah menunjukkan komitmennya terhadap keberhasilan program MBG. Setiap SPPG yang terdiri dari koordinator, ahli gizi, dan akuntan bertugas memastikan distribusi makanan berjalan lancar. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi program, tetapi juga memastikan penerima manfaat mendapatkan makanan bergizi sesuai standar Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Dalam jangka panjang, MBG diharapkan mampu meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Di tengah era digitalisasi dan teknologi tinggi, investasi dalam sumber daya manusia yang sehat dan berpendidikan menjadi kunci untuk memanfaatkan puncak bonus demografi Indonesia.
Peluncuran program MBG dalam waktu kurang dari 100 hari sejak pelantikan Presiden Prabowo-Gibran mencerminkan langkah cepat pemerintah dalam meng-implementasikan visi pembangunan manusia unggul. Masyarakat menilai program ini sebagai langkah nyata untuk mengatasi berbagai tantangan nasional, mulai dari malnutrisi hingga pengangguran.
Program Makan Bergizi Gratis tidak hanya menjadi solusi untuk masalah gizi, tetapi juga pendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Dengan pelaksanaan yang terarah dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, program ini diharapkan mampu menciptakan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan kompetitif menuju Indonesia Emas 2045.
)* Kontributor Beritakapuas.com