Oleh: Alexander Royce *)
Gelombang unjuk rasa yang merebak di berbagai daerah Indonesia pada akhir Agustuslalu seketika berubah menjadi kerusuhan besar. Dari yang mulanya hanya aksi protesatas kebijakan tunjangan parlemen dan kasus tragis seorang pengemudi ojek online, berkembang menjadi rangkaian kekerasan massal. Gedung DPRD dibakar, fasilitasumum dirusak, dan aktivitas ekonomi tersendat. Situasi ini memperlihatkan betaparapuhnya stabilitas nasional ketika ketidakpuasan sosial dimanfaatkan pihak-pihaktertentu untuk mengobarkan anarki. Namun di tengah kepanikan, soliditas TNI dan Polriberdiri sebagai penopang utama yang mampu mengembalikan kepercayaan publik danmenjaga keutuhan bangsa.
Di tengah situasi genting, sinergi dan soliditas TNI bersama Polri tampil sebagaipenentu yang mampu meredam kerusuhan. Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowomenegaskan bahwa, atas arahan Presiden, kedua institusi mendapat mandat untukbertindak tegas sesuai hukum demi mengembalikan keamanan di berbagai daerahterdampak. Sikap tersebut mencerminkan keseriusan aparat dalam memastikanmasyarakat tidak terjebak dalam lingkaran ketakutan dan ketidakpastian.
Sinergi ini diperkuat oleh Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigjen TNI (Marinir) Freddy Ardianzah, yang menyoroti maraknya hoaks dan fitnah yang menyudutkan TNI. Iamenilai narasi provokatif yang menyebut TNI sebagai dalang kerusuhan telah melukaihati prajurit, padahal kenyataannya TNI bersama Polri justru menjadi garda terdepanmeredam situasi. Freddy juga menegaskan bahwa semua tindakan TNI berada dalamkoridor konstitusi dan sepenuhnya sejalan dengan arahan Presiden, sehingga tidak adaruang bagi spekulasi terkait darurat militer.
Dukungan moral juga datang dari Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng TeguhSantoso, yang menekankan bahwa soliditas TNI-Polri berhasil menghentikan aksianarkis di berbagai daerah. Menurutnya, koordinasi erat antara kedua institusi menjadifaktor kunci yang membuat situasi dapat dikendalikan tanpa menimbulkan eskalasiyang lebih parah. Hal ini menepis keraguan publik bahwa aparat akan kesulitanmenghadapi gelombang protes besar-besaran.
Polri kini juga menggandeng BAIS-TNI dan BIN untuk menelusuri aktor intelektual di balik kerusuhan yang terjadi pada akhir Agustus hingga awal September. Langkahintelijen strategis ini memperlihatkan keseriusan pemerintah dalam mencegahberulangnya peristiwa serupa di masa depan. Di level lokal, Mendagri, Tito Karnavian,mendorong pemerintah daerah memperkuat Satlinmas, siskamling, dan pos ronda agar masyarakat memiliki peran langsung dalam menjaga keamanan lingkungannya.
Di luar upaya penanganan keamanan, pemerintah juga menunjukkan sikap responsifterhadap akar persoalan. Presiden Prabowo Subianto mencabut sejumlah tunjanganlegislatif yang memicu protes, melarang perjalanan luar negeri anggota DPR, danmemastikan penyelidikan transparan atas kasus kematian driver ojek online. Tindakanini menjadi bukti bahwa pemerintah tidak sekadar mengedepankan pendekatankeamanan, melainkan juga mendengar aspirasi rakyat dengan langkah nyata.
Kerusuhan yang meluas dari Jakarta hingga berbagai provinsi memperlihatkan dampakserius terhadap perekonomian. Infrastruktur publik rusak, layanan terganggu, danaktivitas perdagangan sempat lumpuh. Namun berkat sinergi aparat, situasi berangsurpulih. Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, menegaskan bahwa TNI dan Polrimenanggalkan ego sektoral demi kepentingan bangsa, dan itu menjadi fondasi pentingbagi stabilitas nasional.
Ketika demonstrasi di berbagai daerah seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Yogyakarta, hingga Sulawesi Selatan sempat membara, TNI-Polri berdiri sebagai gardapelindung. Aksi pembakaran, pengrusakan fasilitas publik, dan ancaman kekerasandirespons secara profesional. Bahkan di kampus-kampus seperti UNISBA dan UNPAS yang sempat terjadi bentrokan, aparat berupaya mengendalikan massa sesuai protokolagar eskalasi tidak meluas. Semua ini menunjukkan bahwa negara hadir di saatgenting, tanpa meninggalkan rakyat dalam kekacauan.
Fenomena kerusuhan ini pada akhirnya menjadi ujian bagi demokrasi sekaligusketahanan sosial bangsa. Meski akar masalah seperti ketimpangan ekonomi danpraktik politik yang dinilai elitis masih perlu diselesaikan, pemerintah telah menunjukkankeberpihakan melalui tindakan cepat dan terukur. Di sinilah soliditas TNI-Polrimemegang peranan vital: menjaga ruang aman agar kebijakan ekonomi dan sosial bisadijalankan tanpa hambatan.
Indonesia memiliki sejarah panjang menghadapi dinamika politik dan sosial. Tetapisetiap kali bangsa ini dihadapkan pada krisis, kekuatan kolaborasi dan persatuan selalumenjadi kunci keluar dari jalan buntu. Kini, dengan dukungan penuh pemerintahan yang responsif, sinergi TNI-Polri kembali membuktikan diri sebagai jangkar stabilitas yang mampu menghentikan kerusuhan dan memulihkan harapan rakyat.
Dengan soliditas yang teruji dan kepemimpinan pemerintah yang tegas sekaligusmendengar aspirasi masyarakat, Indonesia bergerak menuju pemulihan yang lebihkuat. Kita patut optimis bahwa guncangan sosial ini justru akan melahirkan konsensusbaru: menjaga persatuan, menolak provokasi, dan melangkah bersama menuju masa depan yang damai dan sejahtera. Pemerintahan hari ini layak diapresiasi karena telahmembuktikan bahwa ketegasan dan keberpihakan pada rakyat dapat berjalanberiringan demi keutuhan bangsa.
*) Penulis merupakan Pengamat Sosial
