Oleh: Nur Amalia Nareswara*)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Program ini bertujuan untuk memastikan generasi muda mendapatkan asupan gizi yang cukup, sehingga dapat tumbuh sehat, cerdas, dan produktif. Meski dampaknya tidak bisa dirasakan secara instan, program MBG memiliki manfaat besar dalam jangka panjang bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengatakan bahwa program MBG merupakan investasi bagi masa depan Indonesia. Menurutnya, program ini dirancang untuk menjangkau hingga 82 juta penerima manfaat pada tahun 2025, jika pemerintah mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp140 triliun. Ia menekankan bahwa pemenuhan gizi anak-anak merupakan langkah krusial untuk membangun generasi unggul yang mampu menghadapi tantangan global di masa mendatang. Pemerintah, lanjutnya, akan terus melakukan evaluasi terhadap implementasi program ini agar standar gizi dan penyajiannya dapat berjalan optimal.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, mengatakan bahwa program MBG memerlukan kesinambungan agar dampaknya bisa dirasakan oleh generasi mendatang. Ia menegaskan bahwa negara-negara lain telah membuktikan efektivitas program makan bergizi di sekolah dalam jangka panjang. Jepang, misalnya, telah menjalankan program makan siang bagi siswa TK hingga SMP selama hampir 150 tahun, sementara Finlandia telah menerapkan program serupa selama lebih dari 40 tahun. Ia juga menyoroti bahwa MBG bisa menjadi solusi efektif dalam mengatasi permasalahan stunting dan kurang gizi yang masih menjadi tantangan di Indonesia.
Di sisi lain, pakar gizi dari Universitas Indonesia, Tri Wahyu Hartadi, mengatakan bahwa kebiasaan makan sehat harus dibentuk sejak usia dini agar dapat menjadi pola hidup yang berkelanjutan. Ia menuturkan bahwa pemberian makanan bergizi secara teratur akan membangun kebiasaan baik bagi anak-anak dalam mengonsumsi makanan sehat, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan nasional. Ia juga menyoroti bahwa keberhasilan program MBG bergantung pada regulasi yang kuat serta dukungan dari berbagai sektor, termasuk UMKM dan rantai pasok pangan lokal, agar program ini dapat berjalan secara berkelanjutan.
Selain manfaat langsung dalam pemenuhan gizi anak, program MBG juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Dengan melibatkan petani lokal dan UMKM dalam penyediaan bahan pangan, program ini berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, misalnya, telah menyatakan kesiapan daerahnya untuk mendukung MBG dengan memanfaatkan hasil pertanian lokal sebagai bahan baku makanan bergizi bagi siswa yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha kecil di daerah.
Pentingnya edukasi juga menjadi salah satu aspek utama dalam keberhasilan program MBG. Tidak hanya sekadar menyediakan makanan bergizi, program ini juga harus diiringi dengan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pola makan sehat. Melalui edukasi yang berkelanjutan, anak-anak dan keluarga mereka dapat memahami manfaat gizi seimbang dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memastikan keberlanjutan program ini, diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat luas. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam menyediakan regulasi dan anggaran yang memadai, sementara pemerintah daerah harus memastikan pelaksanaan program di lapangan berjalan dengan baik. Dunia usaha, termasuk sektor pertanian dan pangan, dapat berperan dalam menyediakan bahan makanan berkualitas, sementara masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mendukung program ini melalui kesadaran akan pentingnya gizi seimbang.
Di beberapa daerah, program MBG telah memberikan dampak positif. Misalnya, di Banyuwangi, implementasi program ini telah berjalan dengan baik berkat kolaborasi antara pemerintah daerah dan pelaku usaha lokal. Dengan menggandeng petani dan UMKM dalam penyediaan bahan makanan, program ini mampu menekan biaya dan meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, adanya dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) juga memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada siswa telah memenuhi standar gizi yang ditetapkan.
Koordinasi lintas sektor juga menjadi kunci dalam memastikan distribusi dan kualitas makanan yang diberikan kepada anak-anak tetap terjaga. Aspek logistik dan distribusi makanan juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan program ini. Dengan jumlah penerima manfaat yang terus bertambah, sistem logistik yang efisien sangat dibutuhkan agar makanan dapat tersalurkan tepat waktu dan dalam kondisi yang layak konsumsi. Teknologi juga dapat dimanfaatkan dalam sistem distribusi ini, misalnya dengan penggunaan aplikasi digital untuk memantau ketersediaan dan pengiriman bahan makanan di berbagai daerah.
Dengan adanya program MBG, pemerintah berharap dapat menciptakan generasi yang lebih sehat dan cerdas, sehingga mampu berkontribusi dalam pembangunan nasional. Keberlanjutan program ini menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta. Jika dikelola dengan baik, MBG tidak hanya akan menjadi solusi bagi permasalahan gizi di Indonesia, tetapi juga menjadi fondasi dalam membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda. Oleh karena itu, dukungan dari seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan agar program ini dapat berjalan dengan optimal dan memberikan manfaat bagi kemajuan bangsa.
*)Penulis merupakan kontributor Ruang Baca Muda Digital