Pengaruh Bulan dan Kehidupan di Bumi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – 4,5 miliar tahun lalu, dua planet kuno, proto-Bumi dan Theia bertabrakan dan bergabung menjadi satu menghasilkan planet Bumi. Ketika dua planet ini bertabrakan, massa batuan kecil berputar menjadi bulan.

Bulan adalah benda langit terdekat dengan Bumi. Secara interinsik, satelit bumi ini memiliki keterkaitan dengan keberadaan manusia melalui pergerakan dalam siklus kehidupan di Bumi.

Pada dasarnya, Bulan memengaruhi iklim dan cuami Bumi dengan cara yang halus.

Efek Bulan untuk Bumi masih belum sepenuhya dipahami. Efek paling jelas yang dimiliki Bulan terhadap Bumi adalah terjadinya pasang surut air laut.

Saat Bumi berotasi setiap hari, gravitasi Bulan menarik air di sisi terdekat Bumi ke arahnya menciptakan tonjolan. Bumi berputar di bawah tonjolan air ini mengasilkan pasang naik dan pasang surut yang dapat kita lihat setiap hari.

Setiap 18,6 tahun sekali, orbit bulan bergeser antara maksimum dan minimum, plus dan minus 5 derajat relative terhadap ekuator Bumi.

Nodal Bulan

Siklus ini pertama kali didokumentasikan pada tahun 1728 dan kemudian disebut dengan siklus nodal Bulan.

Ketika Bulan menjauh dari ekuator, pasang surut di Bumi menjadi lebih kecil. Ketika orbit Bulan sejajar dengan ekuator Bumi, maka pasang surut menjadi besar.

NASA mengungkapkan bahwa naiknya permukaan air laut yang diakibatkan oleh iklim dan dikombinasikan dengan pengaruh siklus nodal Bulan akan menyebabkan peningkatan jumlah banjir pasang di tahun 2030-an.

Banjir air pasang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat pesisir pantai. Dampaknya adalah sulitnya akses pekerjaan dan bisnis mereka. Banjir ini awalnya akan menimbulkan ketidaknyamanan, namun lama kelamaan jika diabaikan akan menciptakan kesulitan. Banjir air pasang akan merusak infrastruktur dan mengubah garis pantai.

Siklus nodal Bulan akan meningkatkan banyak tantangan bagi manusia dan juga satwa liar di ekosistem pantai. Banjir air pasang dapat menjadi ancaman eksistensial bagi hewan.

Habitat nyamuk rawa asil akan dibanjiri oleh air pasang hingga jauh ke daratan. Beberapa ratus spesies ikan kecil terbawa banjir pasang hingga ke air asin, payau dan air tawar. Predator ini nantinya akan memakan larva nyamuk  sebelum mereka dapat terbang keluar dari air.

Selain itu ekosistem di rawa asin juga akan terganggu. Udang, kepiting, siput, belalang dan serangga lainnya akan menjadi sumber makanan utama bagi burung pantai dan ikan.

Siklus puncak noda Bulan akan menenggelamkan rawa asin. Jika rawa asin tenggelam, ekosistem invertebrate juga ikut tenggelam, maka spesies yang bergantung pada mereka pun akan menderita. Hal ini juga berdampak pada kehidupan manusia, karena rawa asin merupakan bagian dari ekonomi global. Rawa asis bergunan untuk tempat pembibitan bagi banyak kehidupan laut.

Rawa asin juga berfungsi menyiman zat karbon lebih besar dibandingkan ekosistem lain berbasis lahan.

Pasang Surut Air Laut

Pasang surut adalah salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan arus laut, menggerakkan air hangat dan air dingin. Arus laut yang hangat akan membawa cuaca yang lebih hangat dan basah, sedangkan arus laut yang dingin akan membawa cuaca lebih dingin dan kering.

Salah satu fenomena lain adalah arah angin. Angin kencang di sepanjang khatulistiwa meniup permukaan yang hangat ke barat dari Amerika Selatan ke Indonesia dan air dalam menjadi lebih dingin.

Air permukaan yang hangat menumpuk di dekat pantai barat Amerika Selatan dan air dingin berada jauh di dalam lautan. daerah yang biasanya basah akan mengalami kekeringan, sedangkan daerah yang biasanya kering akan hujan.

Di sisi lain terdapat peristiwa La Nina, yaitu efek sebaliknya dari El Nino. Angin pasat lebih kuat dari biasanya sehingga mendorong lebih banyak air hangat menuju Asia. Perairan dingin yang mengalir di pantai Amerika kemudian mendorong aliran air ke utara.

Hasilnya adalah suhu musim dingin yang lebih hangat dari biasanya di bagian selatan dan lebih dingin dari biasnaya di bagian utara.

Es, Daratan dan Udara

Banyak yang tidak mengetahui bahwa Bulan juga dapat mempengaruhi suhu kutub dan berkontribusi pada fluktuasi luas es Arktik.

Pengukuran satelit menunjukkan bahwa kutub berubah menjadi lebih hangat 0,55 derajat Celsius ketika bulan purnama terjadi.

Kemudian, gaya oasang surut dapat memecah lapisan es dan mengubah aliran panas laut, mengubah jumlah es di Samudra Arktik.

Bulan dapat menghasilkan arus pasang surut dan gelombang baik di permukaan dan di dalam laut. Arus dan gelombang ini akan mencairkan atau memecah es laut.

Pengaruh Bulan terkadang halus dan mendalam, hal ini berdampak formatif dalam kehidupan di Bumi. Bulan menstabilkan Bumi saat berputar pada porosnya dan menstabilkan iklim di Bumi.

Tanpa Bulan, Bumi akan bergerak tidak menentu. Bulan adalah teman terdekat kita dalam luasnya Alam Semesta. Tanpa Bulan pula, Bumi akan menjadi tempat yang sangat sepi dan tak layak untuk ditinggali.

Reporter: Shafira Annisa

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sinergitas TNI, Polri, dan KPU Jadi Kunci Keamanan Pilkada Serentak 2024

Jakarta – Menjelang Pilkada serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada 27 November mendatang, berbagai lembaga negara terus memperkuat sinergitas...
- Advertisement -

Baca berita yang ini