MATA INDONESIA, LONDON – Pound telah jatuh ke rekor terendah terhadap dolar karena pasar bereaksi terhdap pemotongan pajak terbesar di Inggris sejak 50 tahun terakhir.
Pada awal perdagangan Asia, pound turun mendekati 1,03 dolar AS sebelum mendapatkan kembali kekuatan untuk bangkit di angka 1,06 dolar AS.
Kanselor Kwasi Kwarteg telah menjanjikan lebih banyak pemotongan pajak di atas 45 miliar poundsterling atau sekitar 727 triliun rupiah dengan ekspektasi pinjaman yang akan melonjak. Pound saat ini juga berada di bawah tekanan akibat penguatan dolar.
Euro juga menyentuh level terendah baru dalam 20 tahun terhadap dolar di perdagangan Asia. Ini terjadi di tengah kekhawatiran investor tentang risiko resesi saat musim dingin semakin dekat tanpa ada tanda-tanda berakhirnya krisis energi atau perang di Ukraina.
Jika pound tetap pada level terendah terhadap dolar, maka komoditas impor yang menggunakan nilai dolar termasuk minyak dan gas akan lebih mahal.
Barang-barang lain dari AS juga bisa jauh lebih mahal dan turis Inggris yang mengunjungi Amerika akan menemukan bahwa uang liburan mereka tidak bertahan lama seperti sebelum penurunan pound.
Ada juga kekhawatiran bahwa pemotongan pajak dan lonjakan pinjaman pemerintah akan memicu inflasi yang tinggi dan memaksa Bank of England untuk menaikkan suku bunga lebih jauh.
Ini akan meningkatkan biaya hipotek bulanan untuk jutaan pemilik rumah. Pekan lalu, Bank menaikkan suku bunga setengah poin presentase menjadi 2,25 persen untuk mencoba menenangkan inflasi yang berada pada level 9,9 persen.