Mewah Tidaknya Makanan, Ternyata Dipengaruhi Perubahan Iklim Lho!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Yang menjadi faktor penentu apakah sebuah makanan masuk ke dalam kategori mewah adalah perubahan iklim dan kelangkaan. Yap, perubahan iklim membuat persediaan makanan menjadi langka dan membuat harganya menjadi mahal.

Kita tahu bahwa saat ini lobster menjadi makanan yang banyak disajikan oleh restoran-restoran mewah. Namun ternyata dulu, sekitar abad ke-18, lobster adalah makanan sederhana yang sangat murah dan menjadi makanan keluarga miskin.

Bahkan di Amerika Serikat, udang-udangan atau krustasea menjadi hidangan untuk narapidana di penjara. Malah udang jadi pupuk karena jumlahnya yang sangat melimpah.

Perkeretaapian di Amerika Serikatlah yang mengubah status lobster menjadi makanan mewah. Pada saat itu operator kereta memutuskan untuk menyajikan hidangan lobster kepada penumpang kaya. Tidak menyadari bahwa hidangan itu adalah lobster, makanan yang selama ini mereka caci, penumpang kaya akhirnya mencicipi lobster itu dan membawanya kembali ke kota. Di akhir abad ke-19, lobster berhasil mengubah statusnya menjadi makanan mewah.

Hal yang sama juga terjadi pada tiram. Di abad ke-19 tiram adalah makanan dengan simbol kemiskinan. Masyarakat miskin banyak mengonsumsi makanan ini. Tiram juga harganya murah karena persediaannya yang melimpah. Namun di abad ke-20, status tiram di Inggris mulai meningkat dan menjadi makanan yang istimewa. Karena pada saat itu persediaan tiram mulai berkurang karena polusi dari limbah industri, dan lama-kelamaan menjadi lebih langka.

Mahal jadi Murah

Kebalikannya, ada juga makanan yang dulunya berstatus sebagai makanan mewah, sekarang sudah menjadi makanan sehari-hari. Hal ini karena persediaannya yang banyak dan mudah. Misalnya coklat, kopi, hingga rempah-rempah. Peter Alexander, seorang peneliti senior di bidang pertanian global dan ketahanan pangan di University of Edinburgh, mengatakan bahwa hal-hal tersebut mampu mengubah persepsi manusia tentang makanan mewah.

Namun bisa saja keadaan ini kembali berbalik, karena kenaikan suhu dan perubahan iklim beberapa dekade ke depan. Studi tahun 2015, menyebutkan bahwa perubahan iklim dapat menghapus setengah dari lahan kopi di seluruh dunia pada tahun 2050. Lalu studi lainnya. menyebutkan bahwa area di Amerika Latin yang cocok untuk ditanami kopi dapat berkurang hingga 88 persen area pada tahun 2050, karena kenaikan suhu.

Begitu pun dengan rempah-rempah. Dulunya rempah-rempah adalah lambang kekuasaan dan kekayaan. Dan saat ini rempah-rempah pun sudah mudah dan menjadi bahan makanan termurah. Namun, bisa saja rempah-rempah kembali menjadi bahan makanan mewah lagi karena perubahan iklim. Kelembapan yang tinggi ini juga berpotensi menyuburkan hama tanaman.

Makanan lainnya yang diprediksi akan menjadi makanan mewah adalah daging. Alasannya karena produksi peternakan memerlukan lahan yang luas. Sementara populasi dunia akan meningkat dan juga membutuhkan lahan untuk membangun tempat tinggal.

Di samping itu hewan ternak menghasilkan sekitar 14.5% emisi gas rumah kaca global, sementara produksi daging menghasilkan 41% dari emisi tersebut. Ini membutuhkan lebih banyak lahan tanaman yang bisa dimakan oleh hewan ternak.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini