Mengintip Fenomena ‘Bahasa Anak Jaksel’, Mirip Singlish?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kosa kata literally, which is, basically, actually nampaknya sedang digandrungi anak muda ibu kota. Padahal, kosa kata itu kan cuma bahasa Inggris biasa. Apa uniknya?

Uniknya adalah remaja saat ini kerap menggabungkan kosa kata bahasa Inggris tersebut dengan bahasa Indonesia. Entah untuk terlihat gaul atau memang mereka terbiasa saja pakai bahasa Inggris.

Nah, Fenomena tersebut akhirnya melahirkan istilah ‘bahasa anak jaksel’. Loh apa hubungannya ya dengan Jakarta selatan?

Kawasan Jakarta selatan identik dengan kaum borju-nya gaes. Hal itu yang mengundang masyarakat berasumsi bahwa anak jaksel kebanyakan anak gaul yang doyannya ngobrol pakai bahasa Inggris campur bahasa Indonesia.

Sebenarnya, jika ditelisik, fenomena ini mirip dengan singlish atau Singapore-English. Dimana masyarakat Singapura gemar ngobrol dengan mencampur bahasa mereka dengan bahasa Inggris. Adapula di Spanyol, istilah spanglish atau Spanyol-English juga sebagai bentuk mereka berbicara tak hanya dengan satu bahasa.

Namun, di Singapura istilah singlish terbentuk karena adanya berbagai kultur yang membentuk negara tersebut.

Kalau di Indonesia sendiri, fenomena campur aduk itu terbentuk karena apa ya?

Pengamat Sosial Budaya, Devie Rahmawati dari Universitas Indonesia mengungkapkan, mencampur bahasa merupakan lambang hierarki yang menunjukan status sosial, pendidikan dan kehormatan.

Stigma mengenai bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional menjadikan siapapun yang mengucapkannya terlihat lebih keren dan berpendidikan.

“Orang Indonesia terbiasa dengan struktur sosial hierarkis. Jadi ada status sosial tertentu yang bila digunakan akan mendapat penghormatan. Bahasa Inggris dianggap memiliki simbol itu,” ungkapnya.

Namun, banyak juga yang menganggap fenomena ‘bahasa anak jaksel’ ini bukanlah hal yang buruk. Tapi tak sedikit juga yang mengkritiknya.

Gimana kalau menurutmu?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini