Kacang, Tak Hanya Sebuah Makanan Namun Simbol Identitas Kuliner Brasil

Baca Juga

MATA INDONESIA, RIO DE JANEIRO – “Sepuluh dari 10 orang Brasil menyukai kacang.” Lirik dalam sebuah lagu opera sabun tahun 1979 menggambarkan  bagaimana peran kacang yang sangat penting bagi masyarakat Brasil.

Jika Pandemi Covid19 tak mengoyak-oyakan kegiatan dan aktivitas dunia mungkin Februari 2021 lalu Brasil menjadi ramai karena adanya karnaval dan parade jalanan ‘sambadrome’ yang digelar selama lima hari berturut-turut. Warga lokal maupun turis asing dengan sangat mudah menemukan makanan bernama Feijoada yang berbahan dasar kacang hitam, sup andalan Brasil disetiap sudut kota pada festival tersebut.

Makanan tradisional, rumahan maupun inovasi modern di Brasil sebagian besar menggunakan kacang untuk bahan dasarnya atau setidaknya sebagai pelengkap. Kacang bukan sekadar makanan namun menjelma menjadi simbol identitas kuliner negeri samba tersebut. Bahkan bagi seniman kacang adalah salah satu sumber inspirasi dari karya-karyanya.

Jika ditarik ke masa lalu, kacang sudah populer sebelum kemerdekaan Brasil pada abad 19. Di masa kebudayaan suku Inca dan Maya, orang  sering memakan kacang bahkan sebelum bangsa Portugis dan Spanyol tiba. Namun kacang baru populer pasca-abad ke-18 ketika Spanyol dan Portugis mulai menjajah pedalaman Brasil.

Bahkan catatan pertama tentang kacang telah terabadikan pada abad ke-17 (salah satunya dalam catatan perjalanan penjelajah Belanda Johan Nieuhof, yang melintasi wilayah tersebut dari tahun 1640 hingga 1649), di mana komunitas pribumi Brasil telah memakan kacang. Menurut sosiolog makanan, Carlos Doria, penulis The Formation of Brazil’s Cuisine, spesies kacang asli dari Peru (Phaseolus vulgaris, dikenal sebagai “kacang umum”) tiba di wilayah Brasil ribuan tahun yang lalu, terbawa arus sungai Amazon dan Solimoes.

Kebiasaan makan kacang di Brasil semakin populer ketika orang-orang Portugis  membawa tradisi makan kacang Iberia serta jenis kacang lainnya dari Mediterania dan koloni Afrika termasuk kacang hitam dari Afrika Barat.  Negara ini memiliki lebih dari 4.000 variasi kacang, mulai dari feijao carioca (kacang pinto yang dikonsumsi di Sao Paulo) Ada juga feijao de corda (sub-varietas kacang polong yang terkenal di negara bagian Ceara di timur laut) hingga feijao manteiguinha- de-santarem yang dikonsumsi di wilayah Amazon selatan.

Bagi masyarakat Brasil, makan tanpa kacang rasanya tidak afdol dan itu membuat sebagian besar hidangan khas negara ini selalu memadukan kacang sebagai pelengkap sajian. Salah satu makanan legendaris adalah feijao tropeiro  yaitu kacang pasukan dengan beberapa bahan tambahan lainya seperti daging kering, kacang merah dan tepung singkong. Kenapa dinamakan kacang pasukan? sebab mengacu pada pasukan yang bertugas membuka jalan dan mengirimkan barang-barang dari kain, garam hingga sabun ke pedalaman Brasil – selama abad ke-17 hingga ke-19.

Simbol sosial dan Identitas Nasional

Dahulu kacang selalu dipandang sebagai makanan masyarakat berpenghasilan rendah. Namun stigma ini berubah setelah proyek nasionalis-modernis negara itu berlangsung seabad yang lalu. Dan tahun 1922 hingga 1945 warga Brasil lebih membangun ciri khas sendiri. Saat mereka berusaha menciptakan identitas nasional, para antropolog dan sosiolog membangun narasi seputar elemen-elemen yang mencerminkan esensi menjadi orang Brasil. Makanan berbasis kacang adalah salah satu elemen ini.

Namun selama berpuluh-puluh tahun kacang menjadi primadona di Brasil, Sejak tahun 1970-an, konsumsi mereka akan kacang telah menurun drastis karena diambil oleh makanan ultra-olahan. Meski begitu, simbolisme mereka tetap ada walau tak sebanyak dulu.

”Kaum modernis menemukan elemen pembeda yang membedakan Brasil dari semua negara lain,” kata Adriana Salay Leme, yang menulis tesis masternya tentang Kacang, pemilik tradisi: representasi identitas dan konsumsi efektif di Brasil (1973-2009 ).

Kacang menurut Adriana, mewakili identitas ini karena, pada masa modernisme, tidak ada bangsa lain yang memiliki budaya makanan yang dipengaruhi oleh konsumsi kacang-kacangan seperti Brasil.

Feijoada
Feijoada

Jadi turis asing jika ke Brasil pasti akan menemukan feijoada (kacang hitam dan rebusan daging babi) disertai dengan nasi, farofa (tepung singkong panggang), jeruk dan sawi hijau. Makanan ini biasanya dimasak pada hari Sabtu dan disertai dengan minuman andalan Brasil, caipirinha.

Feijoada selalu hadir di acara samba, pertandingan sepak bola, dan bahkan pada hari-hari keagamaan seperti Saint George’s, pelindung Kota Rio de Janeiro. Tidak heran makanan ini sangat populer di Brasil dibanding hidangan lain.

Tetapi hidangan ini tidak hanya menempati tempat khusus dalam budaya lokal karena rasanya. Popularitasnya yang luar biasa muncul karena para modernis mempromosikan hidangan itu sebagai perpaduan utama dari tradisi Portugis, pribumi, dan Afro-diaspora. ”Daging babi mewakili masakan Portugis; tepung singkong mewakili budaya makanan Pribumi; kacang hitam mewakili warna orang Afrika,” ujar Adriana.

Narasi yang mendasari ketenaran feijoada, bagaimanapun juga menjadi sasaran kritik: dengan mengklaim negara yang bersatu secara etnis, makanan ini mengabaikan ketegangan sosial-politik yang telah membentuk sejarah Brasil.

Feijoada

Cerita kepopuleran makanan feijoada seringkali membuat orang menjadi salah paham. Kebanyakan orang masih percaya bahwa makanan ini ditemukan oleh orang-orang Brasil Afrika yang diperbudak dan konon berimprovisasi di tengah kelangkaan dengan menambahkan sisa daging babi ke dalam kacang hitam.

Namun, menurut Camara Cascudo, yang menerbitkan antologi History of Food in Brazil (1967), feijoada, seperti yang kita ketahui, pertama kali terlihat di restoran, wisma, dan hotel di Rio de Janeiro di abad ke-19.

Makanan feijoada sekarang masih populer di Rio de Janeiro terutama di acara-acara budaya populer seperti lingkaran samba, di mana pesta akhir pekan di tempat-tempat suci seperti Cacique de Ramos, Casa do Jongo da Serrinha dan Renascença Clube yang dipenuhi kuali feijoada.

Dihidangkan dalam kuali besar dan dibagi-bagi ke banyak piring, feijoada dipandang sebagai hidangan sosial – seperti halnya samba, di mana orang-orang bernyanyi, bermain, dan menari saling memandang dalam satu lingkaran.

Inilah sebabnya mengapa feijoada dan samba berjalan sangat baik. ”Ini disajikan dalam jumlah besar, mengacu pada tradisi berkelompok yang ada dalam budaya Portugis, Pribumi dan Afrika yang telah membentuk masyarakat Brasil,” katanya.

Kacang juga sangat penting dalam agama Afro-Brasil. Dalam ritual Candomble (agama Afro-Brasil yang paling tersebar di negara itu), kacang adalah bahan dasar dari banyak hidangan yang secara simbolis ditawarkan dalam ritual suci untuk orixas (dewa dan dewi).

Resep kacang lainnya di Candomble adalah omolokum, hidangan yang dibuat dengan kacang polong, telur rebus, udang kering asap dan bawang bombay. Makanan ini bisa ditemukan di restoran milik Leila Leao yang bernama Casa Omolokum, sebuah restoran di Rio de Janeiro yang didedikasikan untuk masakan religius Afro-Brasil.

Reporter : Ananda Nuraini

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Apresiasi Profesionalitas Aparat dan Partisipasi Masyarakat Sukseskan Pilkada Papua Damai

Jayapura – Kapolda Papua, Irjen Patrige R Renwarin menyampaikan jajarannya sedang dalam proses menunggu rekomendasi dari Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini