MATA INDONESIA, PEKANBARU – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Kota Pekanbaru kebanjiran permintaan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) berbayar. Padahal tarif yang ditetapkan mencapai Rp 1,7 juta.
Manajemen RSUD Arifin Achmad hanya membatasi 30 orang per hari yang dilayani dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB.
“Karena kita bukan untuk komersial, kalau mau mencari untung sudah kami sebar luaskan lewat iklan. Tapi layanan ini untuk membantu warga yang terpaksa berpergian ke luar kota dan membutuhkan hasil uji tes ‘swab’ PCR,” kata Direktur RSUD AA, dr Nuzelly Husnedi MARS, Jumat 5 Juni 2020.
Menurut Nuzelly mahalnya tarif tes karena harga reagent yang digunakan sangat mahal dan harus impor.
Semua uang yang masuk dari layanan itu masuk ke kas daerah. Seperti dilansir Antara, setiap warga yang mengikuti tes PCR akan didampingi seorang analis dan perawat dalam pengambilan sampel spesimen lendir tenggorokan.
Semua proses tersebut berlangsung di ruang khusus dan tenaga kesehatan mengenakan alat pelindung diri (APD).
Menurut dia, hasil tes tersebut sudah bisa diketahui dalam tiga hari. Ia mengatakan pihaknya juga tidak mengistimewakan pejabat maupun aparatur sipil negara (ASN) dalam tes tersebut, artinya abdi negara itu tetap harus membayar.