MATA INDONESIA, JAKARTA – Pandemi virus Corona membuat hampir seluruh warga dunia beraktivitas di rumah. Segala pekerjaan, termasuk tugas-tugas untuk anak sekolah, dilakukan secara online.
Tapi tak semua orang memiliki punya telepon pintar atau tablet. Termasuk nenek di Thailand ini.
Pada 16 Mei, seorang lelaki Thailand, Jatupol Boriboon, berbagi kejadian yang ditemuinya. Ia mempostingnya di akun pribadinya di Facebook hingga tiga hari kemudian menjadi viral.
Nenek itu pergi ke toko HP di mal bersama cucunya. Jatupol, penjaga toko, melihat keduanya berkeliling toko hingga ia mendekat untuk melayaninya.
Si nenek kemudian mengetahui kehadirannya lalu bertanya, “Mas, ada nggak HP yang harganya kurang dari 2.000 baht (sekira Rp928.027)?”
Jaupol tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia berupaya mengetahui HP yang dibutuhkan si nenek untuk bisa menyesuaikan dengan harganya.
Nenek itu mengatakan HP itu untuk cucunya yang membutuhkannya karena kegiatan belajar sekolah diganti dengan kelas online di rumah. Jatupol kemudian menyarankan membeli HP yang harganya tengah promosi agar lebih murah.
Tapi yang dimilikinya tak cukup. Apalagi, untuk memfungsikan HP juga dibutuhkan paket berlangganan. Jatupol tak menjelaskan jati tidaknya nenek itu membelikan HP untuk cucunya.
“Yang jelas, belajar online adalah inisiatif yang bagus, tetapi untuk anak-anak yang berasal dari keluarga miskin, hal itu menjadi terlalu mahal,” tulisnya. “Kebanyakan anak SD tak punya HP dan sekarang mereka harus ikut kelas online, ini menjadi beban baru kebanyakan orang tua.”
Jatupol berpendapat belajar lewat televis pun tak salah. Hanya saja, tak semua orang punya tv. Ia berkesimpulan belajar di rumah, pada akhirnya menjadi beban orang tua.
Postingan Jatupol ini akhrnya memicu debat besar di jagat Twitter di Thailand.