Fakta Baru Ferdian Paleka Ramai-ramai Dibongkar Netizen, Sering Begituan Sama Banci

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kasus Youtuber Ferdian Paleka masih menjadi perhatian publik. Aksi ngepranknya terus mendapat kecaman dari masyarakat.

Nama Ferdian pun semakin jadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Bahkan baru-baru ini, netizen ramai-ramai mengungkap fakta baru tentang sosok Ferdian Paleka.

Seorang netizen dengan akun Instagram @Theluthyauli dalam Insta Story-nya mengungkap jika Ferdian Paleka adalah seorang gay atau penyuka sesama jenis.

“ini orang sering ngewe sama banci loh, dia pernah main sama temen aku, tapi kenapa malah menghina kaum aku,” tulisnya, dikutip Minggu, 10 Mei 2020.

“Jahat, tapi dia belok juga. Gimana coba?” lanjutnya.

Seolah membenarkan tudingan tersebut, seorang netizen lain juga menyebut jika Ferdian adalah penyuka sesama jenis. “Tau gak, katanya dia sendiri itu gay, kemaren itu ngumpet di kontrakan cowoknya, Gla gak sih?” kata @mataiikan.

Netizen tersebut mengatakan jika saat buron beberapa waktu lalu, Ferdian sempat bersembunyi di kontrakan milik kekasih prianya.

Sementara fakta lain juga diungkap oleh akun dr. Joni Caparuni dengan akun @dsblf. “ternyata juga sering bikin konten ngegangguin PSK. Terserah mau report channelnya atau langsung buru si ngehe ini. Kalian tau lah gimana caranya,” tulisnya.

Untuk saat ini, Ferdian Paleka sendiri diketahui sudah ditahan kepolisian. Dihadapan polisi saat rilis, dirinya sempat meminta maaf kepada kaum waria dan warga Indonesia.

“Saya minta maaf kepada kaum waria serta warga Indonesia atas perbuatan saya ini,” katanya sambil menangis.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini