MATA INDONESIA, JAKARTA – Bank Dunia mengagumi pertumbuhan Indonesia terutama pertumbuhan calon kelas menengahnya yang mencapai 115 juta orang dan bisa membawa menjadi negara berpenghasilan tinggi atau kaya. Namun, calon kelas menengah itu terancam kembali menjadi miskin jika Pemerintah Jokowi tidak memiliki kebijakan yang menjaga mereka.
Menurut laporan Bank Dunia yang berjudul “Aspiring Indonesia – Expanding the Middle Class” yang diterbitkan hari ini 30 Januari 2020.
Jika calon kelas menengah yang mereka sebut sebagai aspiring ‘middle class itu’ yang besarnya 45 persen dari jumlah seluruh penduduk Indonesia bisa benar-benar menjadi kelas menengah yang mampan maka menurut Bank Dunia bisa menjadi mesin penggerak bagi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara dengan penghasilan tinggi.
Jika itu terwujud berarti akan ada 167 juta orang di kelompok kelas menengah Indonesia atau sekitar 64 persen penduduk Indonesia. Karena saat ini sudah ada 52 kelas menengah definitif yang tidak rentan terhadap gejolak ekonomi.
Untuk mengangkat kelompok calon kelas menengah tersebut menjadi kelas menengah definitif, menurut Bank Dunia, beberapa hal harus dilakukan Pemerintah Jokowi.
Indonesia harus perlu menciptakan lebih banyak pekerjaan dengan upah yang lebih baik, dengan didukung sistem pendidikan berkualitas dan jaminan kesehatan universal.
Hal itu bisa terjadi dengan memperbaiki iklim bisnis dan investasi dalam infrastruktur. Selain itu, akses yang lebih luas bagi jaminan sosial untuk melindungi mereka dari masalah kesehatan dan pekerjaan. Sebab masalah tersebut bisa mengikis pendapatan ekonomi serta peluangnya.
“Pertumbuhan kelas menengah ini butuh sejumlah refomasi untuk memperbaiki lingkungan bisnis dalam menciptakan pekerjaan yang layak, investasi dalam keahlian yang dibutuhkan dan sistem perlindungan sosial yang bisa memayungi dari berbagai guncangan,” kata Hassan Zaman, Direktur Kawasan Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan, Institusi yang berkeadilan.