Hati-hati! Kebanyakan Mageran Bisa Bikin Cepat Mati Lho

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA Malas gerak alias mager tentu lebih nikmat dari pada beraktivitas atau melakukan perjalanan. Apalagi di musim hujan kayak gini, tentu banyak orang lebih memilih rebahan atau bobo cantik.

Akan tetapi di balik nikmatnya mager, ada efek negatif yang bakal dituai di kemudian hari. Bahkan rasa malas itu bisa saja mengancam nyawa anda. Kok bisa?

Soalnya gini, tubuh pada dasarnya didesain untuk beraktivitas, bukan dipakai buat mager.
Menurut sebuah laporan, hampir 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 4 laki-laki di dunia tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan paling tidak 150 menit atau 75 menit olahraga per minggu.

Saat tubuh jarang bergerak, sejumlah masalah kesehatan bakal muncul. Studi menyebut gaya hidup sedenter (berdiam diri, jarang bergerak) bisa meningkatkan risiko kanker, serangan jantung dan diabetes.

Tak heran orang dengan gaya hidup sedenter bisa memiliki peluang mati muda seperti perokok. Studi menyebut seminggu tanpa aktivitas fisik sama saja dengan menghabiskan sebungkus rokok.

Akan tetapi tak seperti kebiasaan merokok, jarang beraktivitas fisik menimbulkan masalah kesehatan kronis. Tak jarang masalah kesehatan seperti penyakit tidak menular bisa menghabiskan banyak biaya dan menurunkan produktivitas.

Di samping gangguan fisik, gaya hidup sedenter juga menimbulkan gangguan psikis. Gaya hidup sedenter menggiring orang pada rasa kurang bahagia dan menurunkan kualitas hidup.

Seharusnya gimana?

Para ahli menyarankan untuk mereduksi gaya hidup sedenter dengan bergerak. Ambil langkah untuk keluar dari zona ‘rebahan’. Mengutip dari Boldsky, beberapa cara bisa Anda lakukan seperti mengatur tujuan sekaligus cara mencapai tujuan, bicara secara positif pada diri sendiri, beri imbalan buat diri sendiri saat target tercapai.

Sedangkan jika ini diaplikasikan dalam ranah kesehatan maka Anda bisa mengonsumsi lebih banyak protein untuk meningkatkan energi, berhenti merokok, menghindari makanan dengan gula tambahan dan lemak tinggi, olahraga, cukup istirahat dan mengelola stres.

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini