MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup sumringah pada akhir perdagangan Rabu 18 Desember 2019. Mengutip data RTI Bussines, rupiah berada pada posisi Rp 13.975 atau menguat 0,11 persen.
Menurut Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, keperkasaan rupiah hari ini ditopang oleh rangkaian sentimen dari luar negeri antara lain sebagai berikut.
Pertama, soal Brexit. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kian gencar membawa Inggris keluar dari Uni Eropa. “Bahkan ia berusaha menekan Brussels untuk bergerak lebih cepat untuk menandatangani kesepakatan. Johnson akan menggunakan kekuasaannya atas parlemen untuk melarang perpanjangan masa transisi Brexit setelah tahun 2020,†kata Ibrahim sore ini.
Kedua, soal suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed). Presiden The Fed Dallas Robert Kaplan menegaskan bahwa suku bunga akan ditahan, kecuali jika ada perubahan besar dalam prospek ekonomi AS di tahun 2020 nanti.
Ketiga, soal damai dagang AS-Cina. Euforianya sudah memudar. Lembaga pemeringkat Fitch mengatakan kesepakatan itu meredakan ketegangan AS-Cina, tetapi peningkatan eskalasi tetap menjadi risiko yang signifikan.
Sementara dari dalam negeri, pergerakan mata uang garuda dibayangi oleh sikap investor yang optimis terhadap rilis data neraca perdagangan di November 2019 mengalami defisit sebesar 1,33 miliar dolar AS. Namun angka defisit tersebut dinilai mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2018 yang mencapai 8,5 miliar dolar AS. Sedangkan pada 2019 ini defisit dari Januari hingga November baru mencapai 3 miliar dolar AS.