MINEWS, JAKARTA – Insiden bom yang meledak di Monas, Jakarta pusat, Selasa 3 Desember 2019, nampaknya tak berimbas bagi laju mata uang garuda. Nilai tukar rupiah atas dolar AS justru balik ke zona hijau pada akhir perdagangan hari ini. Mengutip data RTI Bussines, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.105 per dolar AS atau naik 0,14 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen global di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal upaya Presiden AS Donald Trump yang menegaskan akan segera memberlakukan bea masuk untuk impor baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina.
“Trump menilai mata uang Brasil dan Argentina telah melemah, hal ini dianggap tidak bagus buat para petani AS. Oleh karena itu, berlaku efektif segera, Trump akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan aluminium dari dua negara tersebut,†ujarnya Ibrahim sore ini.
Kedua, soal data baru dari Institute of Supply Management (ISM) di AS yang mencatat bahwa aktivitas manufaktur di sana berkontraksi pada November. Indeks Manajer Pembelian Manufaktur ISM turun menjadi 48,1 pada November, di bawah ekspektasi yang sebesar 50.
Ketiga, investor tetap fokus pada pembicaraan perdagangan AS-Cina yang masih belum pasti.
“selain itu, harga minyak naik paling tinggi dalam lebih dari seminggu karena pedagang mencari sinyal baru apakah OPEC dan produsen minyak mentah sekutu akan memperketat pasokan ketika mereka bertemu akhir pekan ini,†kata Ibrahim.
Sementara dari dalam negeri, laju rupiah terbantu oleh upaya Bank Indonesia (BI) yang melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF.
“Kondisi global yang sudah diketahui sebelumnya oleh BI, membuatnya sigap melakukan penjagaan ketat dan harus ekstra waspada terhadap mata uang garuda sehingga ditutup menguat meski tipis di sore ini,†ujarnya.