MINEWS, JAKARTA –Â Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui bahwa konsumsi lada asli Indonesia, seperti lada muntok asal Bangka masih pada level yang rendah.
Dijelaskan Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kemendag, Arlinda, lada Indonesia masih kurang mendapat promosi dan masih jarang disosialisasikan, meskipun kualitasnya terbilang bagus.
“Lada ini potensinya bagus, tapi tidak tersosialisasi dengan baik. Masyarakat hanya tahu, lada dikonsumsi sebagai perasa masakan, pada mengandung antioksidan,” kata Arlinda di Jakarta, Selasa 17 September 2019.
Saat lada Indonesia lesu, di sisi lain, konsumsi lada dunia tengah meningkat tipis, yakni sebesar dua persen per tahun. Namun, angka itu belum cukup mengimbangi jumlah produksinya yang terus meningkat signifikan sejak 2013 lalu, yakni pada kisaran 7 hingga 8 persen.
Terutama pada pengembangan ekspor lada, Arlinda mengakui, ada masalah yang harus dihadapi kini, yakni jatuhnya harga akibat kelebihan pasokan dan produksi.
Menurut dia, kebutuhan akan lada di dunia tidak sejalan dengan produksi dan mengakibatkan harga lada semakin terpuruk. Kementerian Perdagangan mencatat harga lada putih pada 2016 sempat mencapai Rp 157 ribu per kilogram.
Namun kini menjadi Rp 37 ribu per kg. Sementara itu lada hitam harganya sempat mencapai Rp 121 ribu per kg pada 2017, kini hanya Rp 22 ribu per kg.
Kementerian Perdagangan mencatat volume ekspor lada pada 2018 tercatat sebesar 47.600 ton, tumbuh 11,5 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 42.600 ton. Pada 2018, nilai ekspor lada tercatat sebesar 152 juta dolar AS, turun dari 2017 yang mencapai 236 juta dolar AS.