Investasi dan Hilirisasi sebagai Kunci Wujudkan Pemerataan Ekonomi Nasional

Baca Juga

Jakarta – Target pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam lima tahun mendatang bukanlah merupakan impian, tetapi merupakan rencana yang didasarkan pada kajian mendalam dan komitmen untuk membawa Indonesia menjadi negara maju pada 2045.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Dendy Apriandi.

“Angka 8 persen yang dicanangkan Bapak Presiden Prabowo itu bukan angka sembarangan, itu adalah angka yang sangat ambisius, tetapi merupakan target yang harus kita capai,” ungkap Dendy.

Dia menekankan bahwa untuk mencapai target tersebut, investasi dan hilirisasi menjadi dua pilar penting yang harus diperkuat, mengingat kontribusi kedua sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 32 persen.

Dendy juga mencatat bahwa sejak 2025 hingga 2029, Indonesia harus menggenjot investasi yang masuk dengan peningkatan tahunan sebesar Rp 300 triliun hingga Rp 400 triliun.

Peningkatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mendukung hilirisasi sebagai strategi utama dalam mempercepat proses industrialisasi dan pemerataan ekonomi.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, menambahkan bahwa hilirisasi dan investasi merupakan ujung tombak pertumbuhan ekonomi.

Dalam arahannya, Todotua menyatakan pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan realisasi target investasi.

“Pemerintah, lewat Kementerian PPN/Bappenas, telah menargetkan realisasi investasi sebesar Rp13.528 triliun dalam lima tahun mendatang. Merealisasikan target ini membutuhkan kerja keras dan kolaborasi antara pusat dan daerah.” Ucapnya/

Konsultan Senior Lembaga Management FEB Ul, Toto Pranoto, dalam kesempatan terpisah, juga menilai bahwa mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen bukanlah hal yang mustahil.

Menurut Toto, selain dukungan dari investasi domestik, Indonesia juga harus memanfaatkan sumber pembiayaan eksternal.

“Hilirisasi tambang, terutama nikel, telah menunjukkan dampaknya yang luar biasa,” katanya.

Toto mencontohkan bagaimana kebijakan hilirisasi nikel telah meningkatkan nilai ekspor Indonesia secara signifikan. Pada tahun 2013, ekspor bijih nikel dan turunannya hanya mencapai USD 5,4 miliar, namun pada tahun 2022, nilai ekspor tersebut melonjak menjadi USD 35,6 miliar.

“Hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah komoditas Indonesia, yang berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi,” tegas Toto.

Secara keseluruhan, investasi dan hilirisasi dipandang sebagai kunci utama bagi Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi serta pemerataan ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Dorong Pemerataan Ekonomi Melalui Penguatan Ekonomi Daerah

Oleh : Joanna Alexandra Putri )* Pemerataan ekonomi di seluruh pelosok negeri menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam menciptakan Indonesia...
- Advertisement -

Baca berita yang ini