Oleh: Chandita Aenaya )*
Pilkada serentak telah berlangsung pada 27 November 2024 menjadi salah satu momen paling dinantikan dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Sebagai ajang memilih pemimpin daerah, Pilkada bukan sekadar sebuah prosedur politik, melainkan cerminan kedewasaan rakyat dalam menentukan arah pembangunan di wilayah masing-masing.
Di balik euforia pemilihan ini, terdapat tanggung jawab besar yang harus dipikul oleh seluruh elemen masyarakat, baik dari pihak peserta, penyelenggara, maupun warga negara pada umumnya. Menjaga keutuhan bangsa dengan menghormati hasil pilkada adalah sikap yang perlu ditanamkan oleh semua pihak.
Ketua MPR, Ahmad Muzani, menyoroti pentingnya menyikapi Pilkada dengan semangat persatuan. Ia mendorong masyarakat untuk merayakan momen ini sebagai pesta rakyat, di mana euforia politik tidak menghilangkan nilai kebersamaan yang menjadi inti demokrasi.
Menurut Ahmad Muzani, proses pencoblosan harus menjadi momentum kegembiraan, layaknya perayaan demokrasi yang dirasakan oleh seluruh warga negara. Dalam semangat itu, Muzani menegaskan bahwa Pilkada bukanlah ajang perpecahan, tetapi sarana untuk menguatkan kohesi sosial, terutama di tengah perbedaan pilihan politik.
Namun, semangat ini tentu tidak cukup hanya dirasakan di permukaan. Dalam kontestasi politik, pemenang dan pihak yang kalah adalah bagian dari dinamika yang tak terhindarkan. Kedewasaan menerima hasil pemilihan menjadi ujian bagi masyarakat dan elite politik.
Muzani mengingatkan bahwa siapa pun yang terpilih nantinya pada Pilkada 2024 adalah pemimpin seluruh rakyat di daerah tersebut, bukan hanya bagi mereka yang mendukungnya. Hal ini menjadi alasan mengapa hasil Pilkada harus dihormati oleh semua pihak sebagai representasi pilihan rakyat yang telah melalui mekanisme demokratis.
Hal ini berarti semua pihak, baik yang merasa puas maupun tidak dengan hasil Pilkada, harus bersikap dewasa dalam menerima keputusan rakyat yang telah dituangkan melalui proses demokratis. Bagi mereka yang memiliki keberatan terhadap hasil Pilkada, tersedia jalur hukum sebagai mekanisme penyelesaian yang sah.
Ahmad Muzani menegaskan bahwa pemimpin baru harus segera bekerja keras untuk membangun daerah dan menciptakan kebijakan yang mencerminkan inklusivitas. Memaksimalkan potensi di setiap wilayah, tanpa membedakan pendukung dan bukan pendukung, adalah langkah penting untuk memastikan pembangunan yang adil dan merata.
Sementara itu, Kapolda Kalimantan Selatan, Irjen Pol Winarto, menambahkan perspektif serupa. Menurutnya, menerima hasil Pilkada adalah wujud komitmen terhadap janji yang telah diikrarkan saat deklarasi damai. Ia mengingatkan bahwa kedewasaan dalam menerima kekalahan sama pentingnya dengan tanggung jawab dalam meraih kemenangan.
Tidak ada ruang untuk tindakan destruktif yang berpotensi mengancam stabilitas daerah. Selain itu, Winarto menegaskan perlunya masyarakat untuk mengawasi proses pemilihan dengan jeli, memastikan bahwa semua berlangsung jujur, adil, dan sesuai aturan.
Tindakan melaporkan pelanggaran Pilkada ke Bawaslu adalah bentuk partisipasi aktif yang menunjukkan bahwa demokrasi adalah kerja kolektif, bukan sekadar tugas penyelenggara.
Di sisi lain, pentingnya menjaga kedamaian tidak hanya menjadi tugas pemerintah atau penyelenggara pemilu, tetapi juga masyarakat luas. Seruan untuk menjaga stabilitas pasca-pemilu terus menggema dari berbagai kalangan.
Salah satu pesan damai datang dari Pdt. Jimmy Alberth Koirewoa dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI), yang menyerukan masyarakat Papua untuk turut serta menjaga keamanan dan ketertiban selama rangkaian Pilkada.
Menurut Pdt. Jimmy, menghormati hasil Pilkada adalah bentuk penghargaan terhadap keputusan rakyat yang telah menyalurkan suaranya. Sikap menghormati hasil Pilkada menjadi landasan penting untuk mencegah konflik serta menjaga suasana damai di tengah perbedaan pilihan politik.
Momentum Pilkada juga menjadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mampu bersatu di tengah keragaman. Sebuah demokrasi yang sehat tidak hanya diukur dari bagaimana proses pemilihan berlangsung, tetapi juga dari bagaimana semua pihak bersikap setelah hasil diumumkan.
Kemampuan untuk menerima keputusan rakyat, meskipun berbeda dari harapan pribadi, adalah cerminan kedewasaan dalam berbangsa. Inilah yang menjadi fondasi keutuhan sosial, di mana kebersamaan tetap terjaga meskipun perbedaan ada di tengah-tengah masyarakat.
Bagi para pemimpin yang terpilih, tanggung jawab yang menanti jauh lebih besar daripada sekadar meraih kemenangan. Para pemimpin terpilih harus mampu menyatukan kembali masyarakat yang sempat terbelah selama masa kampanye.
Pilkada serentak 2024 ini juga menjadi pembelajaran demokrasi yang berharga bagi semua pihak, baik elite politik maupun masyarakat. Dinamika yang terjadi selama proses ini mengingatkan bahwa demokrasi tidak pernah bebas dari tantangan, namun justru tantangan itulah yang memperkuat sistem.
Ketika semua pihak mampu menghormati hasil Pilkada, bangsa ini menunjukkan bahwa persatuan lebih penting daripada kepentingan individu atau kelompok tertentu. Hal ini juga menjadi pesan bagi dunia internasional bahwa Indonesia, dengan keberagamannya, mampu menjalankan demokrasi yang stabil dan berintegritas.
Pada akhirnya, menghormati hasil Pilkada adalah bagian dari upaya bersama untuk menjaga stabilitas dan keutuhan bangsa. Proses demokrasi yang sehat tidak hanya dilihat dari bagaimana Pilkada dilaksanakan, tetapi juga dari bagaimana semua pihak bersikap setelah hasil diumumkan.
Ketika masyarakat, peserta, dan penyelenggara Pilkada mampu menjalankan perannya masing-masing dengan baik, maka harapan akan terciptanya pemerintahan yang kuat dan responsif terhadap kebutuhan rakyat dapat terwujud. Dengan demikian, Pilkada 2024 tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga pilar penting dalam memperkokoh persatuan bangsa.
)* Penulis adalah kontributor Jendela Baca Institute