Mata Indonesia, Bantul – Pemerintah Kabupaten Bantul memiliki target untuk mencapai tingkat stunting sebesar 12 persen pada tahun 2024. Jumlah itu ditargetkan bisa lebih rendah dibandingkan target nasional yang menetapkan angka stunting sebesar 14 persen pada tahun yang sama.
Joko Purnomo, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bantul, menjelaskan bahwa upaya pencegahan stunting di wilayahnya telah dimulai dengan pendekatan pada remaja perempuan yang saat ini sedang menempuh pendidikan di tingkat SMP dan SMA.
Mereka diberikan pemahaman tentang risiko stunting yang mungkin terjadi saat mereka menikah dan saat mengandung.
“Remaja perempuan memiliki risiko tinggi dalam melahirkan anak yang mengalami stunting. Ketika mereka hamil, kesehatan mereka mungkin tidak terjaga, asupan gizi kurang memadai, dan perawatan kehamilan yang tidak memadai dapat berdampak pada pertumbuhan anak hingga menghasilkan stunting,” ungkap Joko dalam keterangannya, Jumat 15 September 2023.
Joko juga menggarisbawahi peran penting perempuan dalam menjaga kesehatan anak yang lahir agar terhindar dari stunting.
Oleh karena itu, penting bagi mereka, terutama generasi muda, untuk memahami potensi risiko kesehatan yang dapat menyebabkan stunting, seperti anemia dan asupan gizi yang cukup.
“Generasi muda, khususnya perempuan, merupakan target utama kami dalam upaya pencegahan stunting. Selain itu, calon pengantin dan ibu-ibu penggerak di tingkat kelurahan juga diminta untuk terus menyampaikan informasi dan ajakan tentang pentingnya gaya hidup sehat,” kata pria yang juga Wakil Bupati Bantul.
Stunting adalah permasalahan kesehatan yang serius yang dihadapi oleh pemerintah, ditandai dengan pertumbuhan terhambat pada anak-anak yang ditandai dengan tinggi badan yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan usia mereka. Pencegahannya dapat dimulai sejak persiapan kehamilan ibu bahkan sejak usia remaja hingga anak mencapai usia dua tahun.
Sementara Agus Tri Widyantara, Kepala Dinkes Kabupaten Bantul, mencatat bahwa pada tahun 2020, tingkat stunting di wilayahnya mencapai 9,70 persen.
Data dari Puskesmas Pleret pada tahun 2021 menunjukkan bahwa dari 752 ibu hamil, 278 di antaranya mengalami anemia (36,9 persen), dan 66 bayi berisiko stunting dari 678 bayi yang lahir (9,73 persen).
Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2022, di mana dari 770 ibu hamil, 263 di antaranya mengalami anemia (34,2 persen), dan 65 bayi berisiko stunting dari 619 bayi yang lahir di tahun yang sama (10,50 persen).
“Satu ini, secara keseluruhan, angka stunting di Bantul mencapai 3.001 kasus atau sekitar 15 persen. Wilayah dengan jumlah stunting tertinggi terletak di Kapanewon Imogiri dengan total 453 kasus. Target nasional untuk tahun 2024 kan 14 persen, sementara kita menargetkan sekitar 12 persen di Bantul pada tahun mendatang,” jelasnya.