MATA INDONESIA,MOSKOW – Harga minyak melonjak lebih dari persen pada 22 September 2022 setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial. Hal ini memicu peningkatan perang di Ukraina dan juga meningkatkan kekhawatiran pasokan minyak dan gas yang lebih ketat.
Minyak mentah berjangka Brent naik 2,28 dolar AS atau sekitar 2,5 persen, menjadi 92,90 dolar AS per barel.
Ini terjadi setelah mengalami penurunan 1,38 dolar AS pada hari sebelumnya.
Minyak mentah West Texas Internediate AS berada di 86,16 dolar AS per barel, naik sekitar 2,22 dolar AS atau 2,6 persen.
Putin telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi parsial. Dekrit tersebut berisi ia yang membela wilayah Rusia dan bahwa Barat ingin menghancurkan Rusia.
Melansir dari Reuters, Kepala Komoditas di ING, Warren Patterson mengatakan “Eskalasi ini akan meyebabkan meningkatnya ketidakpastian atas pasokan energi Rusia.”
Langkah tersebut mungkin dapat menyulut tindakan yang lebih agresif terhadap Rusia dallam hal sanksi dari Barat. Minyak melonjak dan menyentuh level tertinggi multi-tahun di bulan Maret setelah perang Ukraina pecah.
Sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah Rusia akan mulai berlaku pada 5 Desember 2022.
Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka tidak mengharapkan terobosan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 di Majelis Umum PBB minggu ini, mengurangi prospek kembalinya barel Iran ke pasar Internasional.
Pengelompokan produsen OPEC+ dan rekanan termasuk Rusia sekarang turun rekor 3,58 juta barel per hari dari target produksinya, atau sekitar 3,5 persen dari permintaan global. Kekurangan tersebut menyoroti ketatnya pasokan di pasar.
Sementara itu, stok minyak mentah dan bahan bakar AS naik sekitar 1 juta barel untuk pekan yang berakhir pada tanggal 16 September 2022. Persediaan minyak mentah AS telah meningkat minggu lalu sekitar 2,2 juta barel dalam seminggu.
