MATA INDONESIA,TOKYO – Peluang Jepang memulihkan sektor pariwisatanya saat nilai tukar yen menurun semakin tertutup.
Jepang mulai melonggarkan pembatasan yang telah ditetapkannya selama pandemi covid-19. Namun permasalahan tarif visa yang naik saat penurunan nilai tukar yen menyebabkan kemungkinan pemulihan sektor pariwisata tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Pemerintah menaikkan tarif masuk pelancong dari 20.000 menjadi 50.000 dan meniadakan persyaratan tes covid-19 bagi setiap pengunjung.
Pemesanan perjalanan menuju Jepang telah meningkat sejak pemberitahuan pelonggaran bulan Juni lalu. Namun pemulihan sektor pariwisata sebenarnya akan tertunda dengan masih adanya syarat masuk menggunakan visa.
Meskipun jumlahnya telah dinaikkan menjadi 50.000 orang kali ini,perkiraan pribadi saya adalah bahwa itu tidak akan mencapai tingkat ini tanpa partisipasi wisatawan individu dari luar negeri,” kata Eksekutif Japan Airlines, Koji Masumura, dilansir dari Reuters.
Nilai tukar yen telah menurun dengan cepat dalam beberapa pekan terakhir, kursnya mencapai 144 terhadap dolar AS. Ini menjadi nilai tukar yen terendah dalam 24 tahun.
Walaupun demikian, seharusnya ini menjadi peluang karena kontrol pembatasan selama pandemi mulau lebih longgar.
Namun keuntungan tersebut tentnya tidak dapat terwujud jika para wisatawan masih kesulitan untuk masuk ke Jepang.
Perdana Menteri Fumio Kishida telah berjanji untuk membawa Jepang lebih sejalan dengan sesama negara G7,namun nampaknya realisasi ini terlampau sulit akibat progres bisnis Jepang yang tergolong lambat.
Pemerintah Jepang sudah mulai mengizinkan turis masuk pada bulan Juni, namun hanya sekitar 8.000 pengunjung yang datang. Jumlah ini jauh daripada jumlah pengunjung sebelum pandemi yang mencapai 80.000 pengunjung.
Wisatawan masih harus mendaftar ke agen perjalanan berlisensi Jepang sebelum mengajukan permohonan visa di kedutaan dan konsulat,dimana memerlukan waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan reservasi.