Tandatangani Dekrit, Presiden Putin Titahkan Ratusan Ribu Wamil Jadi Tentara

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSKOW –  Presiden Rusia, Vladimir Putin menandatangani dekrit yang menitahkan 134.500 wajib militer baru menjadi tentara. Ini merupakan bagian dari rancangan musim semi tahunan Rusia.

Akan tetapi, Kementerian Pertahanan Rusia memastikan bahwa panggilan itu tidak ada hubungannya dengan perang di Ukraina. Dekrit ini datang setelah lima pekan invasi Rusia terhadap negara tetangganya

Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu mengatakan bahwa tidak satu pun dari mereka yang dipanggil akan dikirim ke “titik panas” mana pun, khususnya Ukraina. Bukan rahasia, bila isu keterlibatan wajib militer dalam perang sangat sensitif.

Pada 9 Maret, Kementerian Pertahanan Rusia mengakui bahwa beberapa di antara mereka telah dikirim ke Ukraina setelah Putin membantahnya dalam berbagai kesempatan, dengan mengatakan hanya tentara dan perwira profesional yang dikirim.

Juru bicara Putin mengatakan pada saat itu bahwa presiden telah memerintahkan jaksa militer untuk menyelidiki dan menghukum pejabat yang bertanggung jawab karena tidak mematuhi instruksinya untuk mengecualikan wajib militer.

Draf militer musim semi tahunan, yang berlangsung dari 1 April hingga 15 Juli, akan mewajibkan pria Rusia yang berusia 18 dan 27 tahun, demikian bunyi dekrit yang dikeluarkan Presiden Putin.

Shoigu menambahkan bahwa para pemuda Rusia yang dipanggil akan mulai dikirim ke pangkalan dan ditugaskan pada akhir Mei, seperti dilansir English Al Arabiya, Jumat, 1 April 2022.

“Sebagian besar personel militer akan menjalani pelatihan profesional di pusat pelatihan selama tiga hingga lima bulan. Izinkan saya menekankan bahwa rekrutan tidak akan dikirim ke hot spot mana pun,” kata Shoigu dalam sambutan yang dipublikasikan di situs web Kemenhan Rusia.

Namun, seorang pengacara yang mewakili beberapa anggota Garda Nasional Rusia, Mikhail Benyash – yang menolak perintah untuk pergi ke Ukraina, mengatakan bahwa di bawah hukum Rusia wajib militer dapat dikirim untuk berperang setelah beberapa bulan pelatihan.

Sekadar informasi, Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus untuk demiliterisasi dan de-nazifikasi bekas bagian dari Uni Soviet tersebut.

Dan hingga saat ini, perang telah menewaskan ribuan orang, sementara jutaan warga Ukraina lainnya terpaksa meninggalkan negara mereka dan mengungsi ke negara-negara tetangga.

Dalam beberapa hari terakhir, Rusia telah membingkai ulang tujuannya, dengan mengatakan tidak pernah bermaksud untuk mengambil ibu kota Kiev dan kota-kota besar lainnya tetapi berfokus pada “membebaskan” wilayah timur di mana separatis yang didukung Rusia telah memerangi tentara Ukraina sejak 2014.

Namun, pernyataan tersebut disambut skeptis oleh Ukraina dan pemerintah Barat. Analis militer menyatakan bahwa fokus di wilayah Donbas timur mungkin merupakan upaya untuk memudahkan Putin mencari jalan keluar yang menyelamatkan mukanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

OPM Kembali Lakukan Aksi Brutal Terhadap Aparat Keamanan di Puncak Jaya

Jakarta – Tindakan brutal yang dialami personel Polsek Ilu, Bripka Arif Hidayat, kembali mempertegas kekejaman aksi teror yang diduga...
- Advertisement -

Baca berita yang ini