MATA INDONESIA, MOSKOW – Komandan Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologis dan Kimia Rusia Letnan Jenderal Igor Kirillov menuduh Amerika Serikat (AS) terlibat dalam pengujian obat eksperimental pada sukarelawan dari jajaran militer Ukraina.
Pengujian obat eksperimental datang dalam apa yang disebut proyek UP-8, yang diekspos oleh militer Rusia awal bulan ini.
“Kami terus mempublikasikan informasi tentang penelitian dengan partisipasi personel militer Ukraina. Saya ingin mencatat bahwa pekerjaan seperti itu dilarang di Amerika Serikat dan dilakukan oleh militer di luar negeri,” ucap Kirillov, melansir Russia Today, Jumat, 25 Maret 2022.
“Menurut data yang diterbitkan di media Bulgaria, sekitar 20 tentara Ukraina tewas selama percobaan di laboratorium Kharkov saja, dan 200 lainnya dirawat di rumah sakit,” tambah Kirillov, sambil mengklaim bahwa lebih dari 4 ribu orang terlibat dalam pengujian di Ukraina.
Pejabat Rusia itu juga menyerahkan sebuah dokumen – yang konon dikirim oleh atase militer Ukraina di AS ke kementerian pertahanan negara itu pada April tahun lalu. Dokumen tersebut menyoroti pertemuan antara atase dan perwakilan perusahaan AS-Kanada Skymount, yang terlibat dalam penelitian terkait AI.
“Dokumen yang diterima mengkonfirmasi upaya untuk menguji obat yang sebelumnya belum diuji pada (tentara Ukraina). Kita berbicara tentang sistem penyaringan untuk obat-obatan ‘Deep Drug’, yang belum melewati prosedur perizinan di AS dan Kanada,” sambungnya.
Sinisme khusus dari sponsor AS terletak pada kenyataan bahwa pengembang, perusahaan Skymount, menawarkan untuk membeli sistem secara komersial, terlepas dari kenyataan bahwa staf Kementerian Pertahanan Ukraina terlibat sebagai sukarelawan.
“Ukraina bukan negara pertama yang digunakan untuk penelitian farmasi yang didukung militer AS. Tahun 2010, misalnya, Indonesia menutup Pusat Medis Angkatan Laut AS di Jakarta, yang tampaknya terlibat dalam proyek serupa, karena banyak pelanggaran,” ungkapnya.
Moskow mengangkat tuduhan penelitian farmasi dan biologi yang disponsori AS yang dilakukan di laboratorium rahasia yang tersebar di seluruh Ukraina setelah mengirim pasukan ke negara tetangga pada akhir Februari.
Serangan itu terjadi setelah kebuntuan 7 tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya pengakuan Rusia atas Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina. Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Sementara Ukraina menegaskan bahwa berbagai serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik – yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia, dengan paksa.