Indeks Infrastruktur Melemah, IHSG Keok di Awal Pekan

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alias tolok ukur sejumlah saham di BEI ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin 5 Agustus 2019 sore. IHSG ditutup di level 6.175 atau turun 2,59 persen.

Mengutip data pada RTI Bussines, investor membukukan transaksi sebesar 9,2 triliun rupiah dengan volume transaksi sebesar 16,75 miliar saham. Sementara, investor asing melakukan aksi jual bersih di seluruh pasar sebesar 1,1 triliun rupiah.

Selain itu, pada penutupan kali ini, hanya 96 saham menguat, sedangkan 365 saham rontok, dan 97 lainnya tidak bergerak.

Kemudian, seluruh indeks sektoral melemah dengan sektor infrastruktur turun paling parah, yakni 3,71 persen.

Pelemahan IHSG juga dialami mayoritas indeks saham Asia. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang turun 1,74 persen, Hang Seng di Hong Kong turun 2,85 persen, dan Kospi Index di Korea Selatan turun 2,56 persen.

Kondisi serupa terjadi pada indeks saham di Eropa. Indeks DAX di Jerman turun 1,62 persen dan FTSE100 di Inggris turun 2,15 persen, CAC All-Tredable di Perancis turun 2,07 persen. (Krisantus de Rosari Binsasi)

Berita Terbaru

Swasembada Pangan dan Energi Jadi Pilar Kedaulatan Ekonomi Nasional

Indonesia menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan nasional. Langkah ini bukan sekadar ambisi politik, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungan geografis yang strategis, Indonesia memiliki modal kuat untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Dalam evaluasi enam bulan awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian luar biasa di sektor pangan dan energi nasional. Hasil produksi pangan telah berhasil melebihi proyeksi awal dengan capaian bersejarah berupa stok beras dan jagung terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Sementara itu, di sektor energi, peresmian operasional perdana sumur Forel dan Terubuk di wilayah Natuna berhasil menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribubarrel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas harian. Prestasi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas nyata untuk mencapai kemandirian di kedua sektorvital tersebut. Konsep swasembada yang sesungguhnya tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhandomestik semata. Seperti yang ditegaskan ekonom INDEF Muhammad Rizal Taufikurahman, swasembada berarti kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menghasilkan surplus untuk ekspor. Definisi ini menempatkan Indonesia tidakhanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir yang mampuberkontribusi pada pasokan global. Sektor pertanian telah membuktikan perannya sebagai tulang punggung ekonominasional. Sektor ini menjadi penyangga stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Kontribusinya terhadap PDB menunjukkan bahwa investasi pada sektor ini akanmemberikan dampak berganda yang signifikan. Ketika produktivitas pertanianmeningkat, efeknya akan merambat ke sektor-sektor lain, menciptakan ekosistemekonomi yang lebih kuat dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini