MATA INDONESIA, BEIJING – Cina menggambarkan NATO sebagai organisasi yang sudah usang dan menyerukan Barat untuk mempertimbangkan masalah keamanan sah Moskow.
Beijing juga mendeklarasikan dukungan politik yang cukup besar di belakang Rusia dalam kebuntuan Presiden Vladimir Putin dengan Ukraina. Sederet hal ini diungkapkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian pada konferensi pers.
“Sebagai aliansi militer terbesar militer terbesar di dunia, NATO harus meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan bias ideologis yang ketinggalkan zaman dan melakukan hal-hal kondusif untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas,” kata Zhao Lijian.
“Cina dengan tegas menentang semua jenis klik kecil,” sambungnya, melansir Newsweek, Kamis, 27 Januari 2022.
Zhao kemudian meminta semua pihak untuk mempertimbangkan masalah keamanan sah satu salam lain, menghindari antagonism dan konfrontasi, serta menangani perbedaan dan perselisihan dengan benar melalui konsultasi yang setara atas dasar saling menghormati.
Keputusan Beijing untuk memihak secara terbuka muncul ketika sekitar 100.000 tentara Rusia dan persenjataan berat berkumpul di perbatasan timur Ukraina. Moskow mengatakan tidak berniat untuk menginvasi.
Terlepas dari kuasi-aliansi yang sedang tumbuh antara Cina dan Rusia, Negeri Tirai Bambu tidak selalu secara terbuka memihak Moskow dalam perluasan wilayahnya.